Sinata.id – Bank Indonesia mencatat utang luar negeri Indonesia pada Agustus 2025 mencapai jumlah fantastis, yakni US$431,9 miliar atau setara dengan Rp7.160,3 triliun. Angka ini naik 2% secara tahunan, meskipun pertumbuhannya melambat dibanding Juli yang mencapai 4,2%.
Rasio utang ini terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga naik sedikit menjadi 30% pada Agustus, dari posisi 29,9% pada bulan sebelumnya. Menariknya, mayoritas utang ini merupakan utang jangka panjang, yang mengambil porsi 85,9% dari total utang luar negeri.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa perlambatan pertumbuhan utang luar negeri ini dipicu oleh menurunnya laju utang sektor publik dan kontraksi di sektor swasta.
“Utang luar negeri sektor publik tumbuh 6,7% menjadi US$213,9 miliar, namun pertumbuhannya menurun dari 9,0% pada Juli,” kata Ramdan, Kamis (16/10/2025).
Perlambatan ini karena aliran modal asing ke Surat Berharga Negara (SBN) yang melambat, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Meski begitu, BI menegaskan pengelolaan utang negara dilakukan dengan sangat hati-hati dan akuntabel, fokus untuk membiayai program-program prioritas yang memperkuat ekonomi nasional.
Baca Juga: IHSG Menguat Tajam 0,93% di Sesi I, Didukung Saham DSSA dan BBRI
Dari sisi sektor, utang pemerintah terutama dialokasikan pada bidang jasa kesehatan dan sosial (23,4%), pendidikan (17,2%), administrasi pemerintah, pertahanan, serta jaminan sosial wajib (15,7%). Konstruksi, transportasi, hingga jasa keuangan juga menjadi penerima pinjaman signifikan. Menariknya, hampir semua utang pemerintah adalah jangka panjang, mencapai 99,9%.
Sementara itu, utang luar negeri swasta justru mengalami kontraksi sebesar 1,1% menjadi US$194,2 miliar, lebih dalam daripada bulan sebelumnya yang masih terkontraksi 0,2%. Penyebabnya adalah penurunan utang di luar lembaga keuangan sebesar 1,6%, meskipun utang lembaga keuangan masih naik tipis 0,8%.
Utang swasta ini tersebar terutama di sektor industri pengolahan, jasa keuangan, pengadaan listrik dan gas, serta pertambangan dan penggalian. Keempat sektor ini menyumbang 81,2% dari total utang luar negeri swasta. [zainal/a46]