Sinata.id – Kisah rahim copot yang dialami seorang wanita setelah melahirkan menjadi sorotan publik setelah diceritakan oleh dokter Gia Pratama.
Kejadian tragis ini bermula ketika wanita tersebut melahirkan dengan bantuan dukun beranak, yang melakukan kesalahan fatal saat mengeluarkan plasenta secara paksa.
Akibatnya, rahim wanita itu terlepas dari tempatnya dan keluar bersamaan dengan tali pusat, menyebabkan pendarahan hebat dan kondisi kritis.
Kejadian ini terjadi dini hari di RSUD dr Slamet, Garut, saat dokter Gia sedang bertugas di Instalasi Gawat Darurat.
Seorang pria datang membawa tas kresek berisi rahim wanita tersebut yang dibawa dari mobil. Pasien yang dibawa dalam keadaan sangat pucat dan tensi darahnya sangat rendah akibat kehilangan darah.
Dokter Gia dan tim segera melakukan operasi untuk menyelamatkan nyawanya. Beruntung, empat hari setelah operasi, wanita itu sudah pulih dan diperbolehkan pulang.
Menurut dokter Gia, kasus ini terjadi karena pengeluaran plasenta yang seharusnya berlangsung alami selama 15 hingga 30 menit dipaksa dengan menarik tali pusat secara kasar oleh dukun beranak. Plasenta yang seharusnya lepas secara bertahap justru membuat rahim terbalik dan copot.
Bidan Ony Christy menjelaskan bahwa kondisi rahim copot (inversio uteri) sangat jarang terjadi dan biasanya disebabkan oleh kesalahan dalam fase Kala III persalinan, saat plasenta keluar.
Dalam kondisi normal, setelah bayi lahir plasenta akan lepas sendiri, dibantu suntikan oksitosin jika perlu. Namun, jika plasenta sulit keluar (retensio plasenta), tenaga medis profesional akan melakukan prosedur manual plasenta yang dilakukan secara steril dan hati-hati.
Berbeda dengan penanganan medis yang tepat, penanganan oleh orang yang tidak terlatih seperti dukun beranak dapat menyebabkan komplikasi serius seperti tali pusat putus, rahim lepas sebagian atau seluruhnya, dan pendarahan berat yang mengancam nyawa.
Kejadian ini menggarisbawahi pentingnya proses persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan profesional dengan fasilitas yang memadai untuk menghindari risiko fatal dan memastikan keselamatan ibu dan bayi.
Calon ibu diharapkan memilih fasilitas persalinan yang terpercaya guna meminimalisir bahaya yang tidak diinginkan. (*)