Sinata.id – Tahun 2025 tinggal hitungan hari. Industri pariwisata pun mulai menggeser pandangan ke depan, membaca arah angin perubahan yang diprediksi akan membentuk pola liburan masyarakat pada 2026. Tren wisata tak lagi soal destinasi populer semata, tetapi tentang pengalaman yang personal, berkelanjutan, dan sarat makna.
Peta perubahan itu tercermin dari kajian berbagai pakar pariwisata yang menempatkan wisatawan, khususnya generasi milenial dan Gen Z, sebagai aktor utama dalam transformasi sektor ini. Kelompok wisatawan digital-native ini tak hanya menuntut kenyamanan, tetapi juga nilai, cerita, dan keterlibatan langsung dalam setiap perjalanan.
Perkembangan teknologi turut mempercepat perubahan. Pemanfaatan kecerdasan buatan, Internet of Things, hingga teknologi imersif berbasis augmented dan virtual reality mendorong lahirnya pengalaman wisata yang semakin personal dan efisien.
Wisatawan bukan lagi objek, melainkan pusat dari ekosistem pariwisata digital.
Dalam kajian Indonesia Tourism Outlook 2025/2026, perumusan tren pariwisata dilakukan melalui pendekatan berlapis, mulai dari telaah literatur global, survei para pakar, hingga diskusi kelompok terpumpun lintas sektor.
Setiap sinyal perubahan dianalisis secara obyektif untuk membaca peluang, sekaligus tantangan ke depan.
Hasilnya, enam tren utama diprediksi akan menjadi motor penggerak pariwisata Indonesia pada 2026.
Baik wisatawan nusantara maupun mancanegara menunjukkan ketertarikan pada pola perjalanan yang serupa, meski dengan prioritas berbeda.
Keduanya disatukan oleh satu benang merah: pencarian pengalaman yang autentik dan bermakna.
Baca Juga: DPR Sahkan UU Kepariwisataan Baru, Desa Wisata Kini Jadi Andalan
Berikut enam tren wisata yang diproyeksikan menguat pada 2026.
1. Pendalaman Budaya, Tak Sekadar Singgah
Pariwisata berbasis pendalaman budaya diperkirakan makin diminati.
Wisatawan kini tak cukup hanya mengunjungi destinasi, tetapi ingin menyatu dengan kehidupan lokal.
Tinggal di homestay, mengikuti tradisi, hingga belajar memasak kuliner daerah menjadi bagian dari pengalaman.
Model wisata ini menandai pergeseran signifikan: dari perjalanan berbasis tontonan menuju keterlibatan aktif.