Dari balik tebing dan jurang Bukit Barisan, Sumatera Utara, perlahan tersingkap hamparan Danau Toba yang bagai lautan di atas pegunungan. Namun di balik keindahannya, tersimpan misteri Danau Toba yang tak terselami, hingga legenda yang diwariskan turun-temurun.
Sinata.id – Perjalanan dimulai dari Kota Pematangsiantar, sebuah kota yang dikenal sebagai pintu gerbang menuju Danau Toba. Dari pusat kota, jalur menuju Parapat diawali dengan jalan lurus dan dominan datar, selanjutnya bertemu jalanan yang mulai membentang berliku, kemudian perlahan mulai menanjak.
Setelah separuh perjalanan dari pusat kota, di sisi kiri dan kanan, hamparan hutan pinus menghadirkan kesejukan udara yang sulit ditemui di kawasan perkotaan. Semakin jauh kendaraan melaju, semakin terasa tantangan jalan yang dipenuhi tikungan tajam.
Memasuki kawasan Girsang Sipangan Bolon, jalur perjalanan berubah semakin dramatis. Tebing curam berdiri di satu sisi, sementara jurang menganga di sisi lain. Perhatian harus tercurah penuh pada setiap tikungan, karena kesalahan kecil dapat berakibat fatal. Namun, rasa lelah dan tegang di perjalanan seakan terbayar lunas ketika dari kejauhan mulai tampak hamparan biru luas yang membentang, Danau Toba.
Begitu tiba di Parapat, pandangan tertuju pada pemandangan menakjubkan. Danau Toba terbentang laksana lautan, dikelilingi perbukitan hijau yang menjulang.
Angin sejuk berembus, membawa aroma khas dari pepohonan pinus yang tumbuh di sekitar danau. Keindahan ini menumbuhkan rasa takjub sekaligus menimbulkan pertanyaan mendalam. Di balik keelokan alamnya, misteri apa saja yang masih tersembunyi di Danau Toba?
Apakah Danau Toba Menyimpan Dapur Magma Raksasa di Kedalamannya?
Danau Toba terbentuk dari letusan supervolcano sekitar 74.000 tahun lalu. Letusan ini disebut sebagai salah satu yang paling dahsyat sepanjang sejarah bumi.
Sejumlah catatan ilmiah memperkirakan letusan Toba mengeluarkan lebih dari 2.800 km³ material vulkanik. Abu vulkaniknya menyebar hingga ke India, bahkan jejaknya ditemukan di Greenland.
Teori “Toba Catastrophe Theory” menyebut peristiwa ini menurunkan suhu bumi hingga 10°C dan hampir memusnahkan populasi manusia, menyisakan hanya puluhan ribu jiwa. Namun, hingga kini, dampak sesungguhnya masih menjadi perdebatan ilmuwan.
Pertanyaan besar pun muncul, apakah Danau Toba masih menyimpan dapur magma raksasa di kedalamannya? Beberapa penelitian geologi mengindikasikan kantong magma masih aktif, sehingga potensi letusan di masa depan tidak bisa diabaikan.
Baca Juga: Misteri Dapur Magma Raksasa di Kedalaman Danau Toba
Pulau Samosir Bergerak?
Di tengah Danau Toba terdapat Pulau Samosir, yang terbentuk akibat dome magma yang mendorong naik bagian tengah kaldera.
Fenomena updoming seperti ini jarang ditemukan di supervolcano lain. Penelitian geofisika bahkan menemukan tanda-tanda bahwa Pulau Samosir masih mengalami pergerakan vertikal.
Bagi masyarakat Batak, Samosir bukan sekadar pulau, melainkan pusat energi spiritual. Legenda setempat menyebut pulau ini dijaga oleh roh leluhur, menambah dimensi mistis dalam identitasnya.
Secara ilmiah, Pulau Samosir memang bukan pulau biasa. Di tengah kaldera, pulau Samosir dilaporkan pernah bergerak dari dasar kaldera yang terangkat hingga muncul ke permukaan.
Bahkan penelitian modern menyebutkan bahwa proses pengangkatan itu masih berlangsung sangat lambat (beberapa milimeter per tahun), akibat aktivitas tektonik dan vulkanik yang masih ada di bawah Danau Toba.
Ada Aktivitas Vulkanik Tersembunyi?
Meskipun tidak tampak seperti gunung api aktif, tanda-tanda gejala vulkanik masih ditemukan di Danau Toba.
Sejumlah titik di dasar danau terdeteksi memiliki gelembung gas panas, mirip fenomena hidrotermal di dasar laut.
Bukti geotermal, sumber air panas, gas vulkanik, hingga pergerakan Pulau Samosir membuktikan bahwa sistem vulkanik Toba masih aktif, meski tidak dalam kondisi berbahaya untuk saat ini.
Selain risiko letusan, nelayan kerap melaporkan kematian massal ikan tanpa sebab jelas.
Diduga, fenomena ini terkait pelepasan gas beracun dari dasar danau, mirip dengan kasus “limnic eruption” di Kamerun.
Baca Juga: Jejak Abu Vulkanik Toba Ditemukan hingga 7.300 Kilometer dari Sumatera Utara
Berapa Dasar Terdalam Danau Toba?
Belum diketahui secara pasti berapa kedalaman dasar Danau Toba dari bermukaan air.
Namun, dari beberapa data yang dirangkum, kedalaman Danau Toba rata-ratanya adalah sekitar 450 meter, dengan titik terdalam yang tercatat sejarah sejauh ini yaitu 508 meter.
Danau Toba jauh lebih dalam dibanding Danau Singkarak di Sumatera Barat (268 m) atau Danau Poso di Sulawesi (450 m).
Kedalaman Danau Toba menempatkannya sebagai salah satu danau terdalam di dunia, sekaligus terbesar di Asia Tenggara.
Kedalaman danau yang mencapai setengah kilometer ini menunjukkan betapa dahsyatnya letusan supervulkan yang membentuknya.
Ada Gua di Bawah Air?
Dasar Danau Toba masih menyimpan banyak teka-teki yang belum terpecahkan.
Survei sonar mendeteksi tebing terjal, kawah, dan retakan besar yang diduga jalur lava purba.
Beberapa laporan menyebut tentang adanya keberadaan gua bawah air, namun keterbatasan teknologi membuat eksplorasi belum bisa dilanjutkan.
Beberapa teori bahkan menyebut adanya terowongan bawah tanah yang menghubungkan Danau Toba dengan laut lepas.
Legenda dan Mitologi
Bagi masyarakat Batak, Danau Toba bukan hanya fenomena alam, tetapi juga pusat mitos dan legenda.
Legenda Danau Toba mengajarkan bahwa janji adalah sesuatu yang sakral dan tidak boleh dilanggar.
Kisah ini juga menggambarkan asal-usul Danau Toba serta Pulau Samosir menurut kepercayaan masyarakat Batak Toba, yaitu sebagai akibat dari kemarahan dan kesedihan seorang ibu yang dikhianati.
Selain menjadi cerita rakyat yang diwariskan turun-temurun, legenda ini menjadi simbol penting bagi masyarakat sekitar, menghargai janji, menghormati leluhur, serta menjelaskan hubungan spiritual antara manusia dengan alam.
Hingga kini, legenda Danau Toba tidak hanya berfungsi sebagai cerita hiburan, tetapi juga sebagai identitas budaya Batak Toba.
Ada Kerajaan Gaib di Dasar Danau Toba?
Sebagian masyarakat meyakini adanya kerajaan tak kasatmata di dasar Danau Toba.
Dikutip dari Wikipedia, ada sosok naga raksasa bernama Naga Padoha.
Meskipun sulit diterima akal sehat, namun sebagian masyarakat percaya bahwa naga ini juga menguasai dasar Danau Toba, sehingga seakan ada “kerajaan gaib” di bawah permukaan danau.
Beberapa orang juga meyakini, dasar Danau Toba dihuni oleh roh-roh leluhur yang menjaga keseimbangan alam.
Mereka digambarkan sebagai mahluk yang tak terlihat, dan sesekali menampakkan diri lewat fenomena alam seperti pusaran air atau cahaya aneh di malam hari.
Ada juga kisah tentang nelayan yang pernah “hilang” di perairan Toba, lalu kembali dengan membawa cerita bahwa ia melihat kota atau kerajaan megah di dasar danau, lengkap dengan istana dan penghuninya.
Benar tidaknya, cerita-cerita tersebut masih menyimpan misteri dan tanda tanya.
Jumlah Korban Kapal Tenggelam
Danau Toba juga menyimpan kisah pilu. Tragedi KM Sinar Bangun pada 2018 menjadi bukti nyata.
Kapal karam di kedalaman lebih dari 400 meter, dan sebagian besar korban tidak pernah ditemukan.
Hingga kini, bangkai kapal tersebut masih menjadi misteri yang sulit dijangkau.
Jumlah korban secara pasti dari tragedi ini masih penuh misteri, karena tidak ada manifes penumpang resmi, sehingga jumlah korban masih simpang siur.
Awalnya diduga hingga 192 orang, lalu dikonfirmasi sebagai 188 di kapal, dengan 164 dinyatakan hilang dan 3 tewas ditemukan.
Apa Saja Flora dan Fauna Endemik Asli Danau Toba?
Selain misteri geologi dan mitologi, Danau Toba juga menyimpan kehidupan unik.
Dulu beberapa jenis anggrek hutan (Orchidaceae) khas Toba tumbuh di tepian dan perbukitan sekitar danau. Kini banyak hilang akibat penebangan hutan dan perambahan lahan. Beberapa spesies hanya tersisa di area konservasi tertentu.
Selain anggrek hutan, ada juga Pohon Hariara (Ficus benjamina / Beringin Batak), yang dianggap Sakral dalam budaya Batak, sering tumbuh di dekat huta (kampung). Di sekitar Danau Toba sudah jarang ditemui pohon hariara raksasa yang dulu dianggap “penjaga alam”.
Ada juga Tumbuhan Air Asli Toba seperti Hydrilla dan rumput rawa khas danau sudah berkurang drastis. Penyebab utamanya adalah masuknya spesies invasif dan pencemaran limbah keramba ikan.
Selain tumbuhan, terdapat pula Ikan Batak (Neolissochilus thienemanni) yang endemik kini terancam punah.
Sementara itu, para peneliti menduga masih banyak mikroorganisme belum terdeteksi yang hidup di ekosistem danau ini. (A46)