Pematangsiantar, Sianata.id – Sejumlah warga Kelurahan Pondok Sayur, Kecamatan Siantar Martoba, Kota Pematangsiantar datangi lokasi gedung penangkaran sarang burung walet milik Ahwat, Selasa, 16 September 2025.
Kedatangan warga bersama Ketua RT dan RW setempat, guna menyampaikan keberatan (protes) atas keberadaan sarang burung walet di Jalan Pesantren, Kelurahan Pondok Sayur, yang dinilai mengganggu kenyamanan warga di sekitarnya.
Kiki, Ketua Rukun Warga (RW) 02 mengatakan, keberadaan sarang walet tersebut cukup meresahkan warga. “Volume suara dari sarang walet itu sangat menggangu, mau pagi ataupun malam, selalu bising,” ucap Kiki.
Terhadap protes warga, Ahwat mengatakan, dirinya sudah berpesan kepada karyawannya untuk mengurangi volume rekaman suara burung walet.
“Kemarin saya sudah kasih tahu, jangan kuat-kuat. Nanti saya kecilkan lah suaranya,” sebut Ahwat.
Menyikapi pernyataan Ahwat, Kiki meminta, volume suara yang keras dari rekaman (tape recorder), agar tidak lagi terulang. “Kami datang ke sini bukan ada kepentingan apapun. Kami meminta, ini adalah peringatan terakhir agar pengeras suara itu ditertibkan,” tandas Kiki.
Suasana sempat memanas, saat Ahwat mengungkit tentang pembagian beras yang ia lakukan, serta mengaku tidak pernah menikmati hasil dari penangkaran burung walet.
“Setiap bulan saya beli beras 100 sak. Saya bagikan ke warga miskin. Seperak pun tidak ada saya nikmati. Karena uang ini kan uang tuhan,” katanya.
Lalu, penuturan Ahwat juga membuat warga terkejut, soal pembagian beras. Ahwat menyebut, beras 100 sak yang ia salurkan bukan ke warga sekitar penangkaran. Melainkan ke warga Jalan Sutomo, Pematangsiantar.
“Niat bapak itu baik, tapi salah penempatan. Bapak punya usaha di Pondok Sayur, tapi bagi-bagi berasnya bukan disini,” ucap Kiki, lalu meminta, agar volume suara tidak lagi dihidupkan.
Pantauan Sinata.id, Kamis pagi (18/9/2025), tidak lagi terdengar suara bising dari rekaman suara burung walet pada gedung penangkaran tersebut. (SN14)