Sinata.id – Nama Wahyudin Moridu mendadak memenuhi ruang publik setelah videonya menyebut “merampok uang negara” viral di TikTok, Facebook, dan WhatsApp, baru-baru ini.
Dalam rekaman berdurasi singkat, anggota DPRD Provinsi Gorontalo itu terlihat santai mengemudi menuju Bandara Djalaluddin Tantu bersama seorang perempuan yang disebutnya sebagai hugel, istilah bahasa Melayu Manado yang merujuk pada “hubungan gelap”.
Dengan nada bercanda, ia melontarkan kalimat: “Kita rampok aja uang negara ini, kita habiskan aja, biar negara ini semakin miskin.”
Ucapan itu menuai kritik tajam, memantik emosi publik.
Baca Juga: Wahyudin Moridu, Anggota DPRD Gorontalo Mengaku Rampok Uang Negara
Profil Wahyudin Moridu
Lahir di Boalemo tahun 1995, Wahyudin Moridu bukan nama asing di lingkar politik Gorontalo. Ia tumbuh dalam keluarga yang akrab dengan dinamika kekuasaan.
Ayahnya, Darwis Moridu, pernah menjabat Bupati Boalemo sebelum diberhentikan karena kasus penganiayaan.
Jejak keluarga ini membentuk langkah Wahyudin muda.
Usai menempuh pendidikan paket C dan meraih gelar sarjana dari Universitas Ichsan Gorontalo, ia terjun ke dunia politik melalui struktur PDI Perjuangan di tingkat kecamatan.
Baca Juga: Skandal “Rampok Uang Negara” Wahyudin Moridu, Berujung Drama Permintaan Maaf
Debutnya sebagai legislator dimulai pada periode 2019–2024 di DPRD Kabupaten Boalemo.
Keberhasilan itu ia lanjutkan dengan mencalonkan diri ke DPRD Provinsi Gorontalo pada Pemilu 2024.
Meski sempat gagal di pemungutan awal, Mahkamah Konstitusi memerintahkan pemungutan suara ulang.
Dari situ, Wahyudin menang dan resmi dilantik sebagai anggota DPRD Provinsi Gorontalo, bahkan dipercaya duduk di Komisi I serta menjabat Sekretaris Fraksi PDIP.
Baca Juga: Wahyudin Moridu “Rampok Uang Negara” Dipecat PDIP
Catatan Kelam Wahyudin Moridu
Kariernya tidak selalu mulus. Pada Maret 2020, Wahyudin pernah diamankan polisi di Jakarta terkait penyalahgunaan narkoba.
Ia mengaku kecanduan selama bertahun-tahun sebelum akhirnya menjalani rehabilitasi.
Namun catatan itu tak menghentikannya melangkah. Sebagai salah satu legislator termuda, 29 tahun saat dilantik, ia sempat dianggap simbol kebangkitan generasi muda dalam politik.
Namun, video viral tentang “merampok uang negara” membalikkan citra tersebut.
Baca Juga: Harta Kekayaan Wahyudin Moridu Disorot Usai Viral, Warganet: Harta Minus, Mulut Plus
Publik tidak hanya mengecam ucapannya, tetapi juga menyoroti keberadaannya bersama seorang perempuan yang bukan istrinya.
Buntutnya, PDI Perjuangan memecat Wahyudin dan menyiapkan proses Pergantian Antar Waktu (PAW).
Politikus senior Rieke Diah Pitaloka turut mendukung langkah tegas partai.
Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan, Komarudin Watubun, menegaskan pemecatan ini sebagai bentuk menjaga marwah partai dan kepercayaan rakyat.
Baca Juga: Video 30 Detik Wahyudin Moridu Bersama Wanita “Hugel” Viral, Ajak Istri Sah Minta Maaf
Permintaan Maaf
Di tengah gelombang kritik, Wahyudin tampil meminta maaf, didampingi istrinya, Mega Nusi.
Dalam video klarifikasi, ia menegaskan tak bermaksud menyinggung masyarakat Gorontalo.
Mega, lulusan Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Gorontalo yang dikenal aktif berbisnis online, menjadi sosok yang berdiri di sisinya saat reputasi sang suami runtuh.
Kehadirannya menuai simpati sekaligus kritik publik, karena dianggap memperlihatkan bagaimana Wahyudin bergantung pada dukungan keluarga untuk menghadapi konsekuensi perilakunya.
Baca Juga: Arti Kata Hugel, Istilah yang Mengubah Nasib Wahyudin Moridu Setelah Video 30 Detik Viral
Harta Kekayaan Minus
Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) per 31 Desember 2024 menunjukkan total kekayaan Wahyudin minus Rp2 juta.
Asetnya hanya berupa tanah dan bangunan warisan senilai Rp180 juta dan kas Rp18 juta, sedangkan utangnya mencapai Rp200 juta.
Angka ini kontras dengan laporan 2018 saat ia pertama kali mencalonkan diri, di mana kekayaannya tercatat Rp635 juta.
Fluktuasi besar ini mengundang tanya publik tentang pengelolaan keuangannya sebagai pejabat.
Bagi sebagian warga Boalemo dan Pohuwato, Wahyudin semula dilihat sebagai politisi muda yang berpotensi membawa perubahan.
Namun, serangkaian kontroversi, mulai dari kasus narkoba hingga video viral, mencoreng harapan itu.
PDIP memandang langkah pemecatan sebagai pesan bahwa disiplin partai tidak dapat dinegosiasikan. (A46)