Sinata.id – Belakangan ini, cerita tentang jeratan pinjaman online (pinjol) kembali menjadi sorotan publik. Dari tayangan berita di layar kaca hingga percakapan hangat di media sosial, kisah masyarakat yang terjebak bunga tinggi dan penagihan agresif kerap memancing keprihatinan.
Fenomena ini bukan lagi sekadar kasus individu. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, jumlah kredit macet pinjol terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Artinya, semakin banyak orang yang mencari jalan keluar dari jerat utang yang menumpuk.
Pertanyaannya, bagaimana cara cerdik mengatasi utang pinjol tanpa menambah masalah baru?
Antara Solusi Instan dan Masalah Berkepanjangan
Siapa yang tidak tergiur dengan tawaran dana cepat cair hanya lewat ponsel pintar? Proses mudah, tanpa jaminan, cukup unggah KTP dan foto diri, uang langsung masuk rekening. Inilah daya tarik utama pinjol.
Namun, ibarat pepatah “ada gula ada semut”, kemudahan itu menyimpan jebakan.
Bunga harian yang bisa mencapai puluhan persen, ditambah biaya administrasi tersembunyi, membuat banyak peminjam akhirnya hanya sanggup membayar bunga, bukan pokok utangnya.
Alhasil, utang bukannya berkurang, malah semakin membengkak.
Kenali Jumlah Utang
Dalam kondisi tertekan, langkah pertama bukan lari, melainkan berhenti sejenak dan hitung dengan jernih. Prinsip yang sama berlaku bagi korban pinjol.
Catat seluruh jumlah utang, termasuk bunga dan denda.
Meski terasa menakutkan, daftar itu penting agar Anda tahu peta masalah.
Tanpa angka yang jelas, mustahil mencari solusi konkret.
OJK sendiri menyarankan agar masyarakat segera melaporkan jika mendapat penagihan tidak wajar, sembari mulai menghitung total kewajiban finansialnya.
Bedakan Pinjol Legal dan Ilegal
Banyak korban pinjol terjebak karena tidak mengecek status legalitas penyedia layanan. Padahal, ini sangat menentukan langkah penyelesaian.
-
Pinjol Legal: terdaftar dan diawasi OJK. Mekanisme penagihan lebih manusiawi, ada ruang negosiasi, bahkan opsi restrukturisasi.
-
Pinjol Ilegal: tidak terdaftar, bunga tidak wajar, penagihan sering disertai teror dan intimidasi.
Jika Anda terjerat pinjol ilegal, jangan ragu untuk melaporkannya ke aparat atau OJK.
Pemerintah telah menyediakan kanal pengaduan resmi untuk menghentikan praktik tidak sehat ini.
Utamakan Pembayaran Pokok, Bukan Bunga
Strategi berikutnya adalah fokus pada pokok utang. Mengapa? Karena setiap pembayaran pokok akan mengurangi jumlah kewajiban utama.
Bayangkan jika Anda hanya sanggup membayar bunga, sementara pokok tetap utuh.
Itu artinya Anda hanya memberi makan siklus utang tanpa pernah keluar dari jeratannya.
Seorang pakar keuangan mengibaratkan kondisi ini seperti “menyiram tanaman liar dengan pupuk, bukannya mencabut akarnya.”
Cari Sumber Dana Pengganti yang Lebih Murah
Jika Anda benar-benar kesulitan membayar, ada strategi cerdik yang bisa dipertimbangkan, alihkan utang pinjol ke sumber pinjaman lain yang bunganya lebih rendah.
-
Pinjaman koperasi dengan bunga flat.
-
Pinjaman bank dengan jaminan yang lebih aman.
-
Mengajukan restrukturisasi cicilan melalui pinjol legal.
Langkah ini ibarat “memadamkan api besar dengan air, bukan bensin.”
Meski tetap berutang, setidaknya beban bunga bisa ditekan hingga lebih ringan.
Susun Skala Prioritas Keuangan
Setelah mencari jalan keluar, kini saatnya menyusun ulang anggaran.
Tidak sedikit korban pinjol yang sebenarnya masih memiliki pemasukan tetap, tetapi salah mengalokasikan.
Gunakan prinsip 50-30-20:
-
50 persen untuk kebutuhan pokok.
-
30 persen untuk kebutuhan tambahan.
-
20 persen untuk membayar utang.
Dalam kasus darurat, angka bisa diubah, 40 persen kebutuhan pokok, 20 persen tambahan, 40 persen khusus utang.
Disiplin menerapkan strategi ini bisa membantu Anda keluar dari jeratan dalam hitungan bulan.
Jangan Gengsi untuk Minta Bantuan
Banyak orang yang malu mengakui dirinya terjerat pinjol. Padahal, keterbukaan justru bisa mempercepat solusi.
-
Ceritakan kondisi kepada keluarga atau teman dekat.
-
Konsultasikan dengan lembaga konsumen atau LBH.
-
Manfaatkan layanan konsultasi utang gratis dari OJK atau komunitas anti-pinjol.
Ingat, utang bukan hanya soal angka, tapi juga beban psikologis.
Dengan dukungan sosial, tekanan mental bisa berkurang sehingga Anda lebih fokus menyelesaikan masalah.
Hentikan Siklus, Jangan Ambil Pinjol Baru
Ini adalah kesalahan paling fatal: gali lubang tutup lubang.
Mengambil pinjol baru untuk menutup pinjol lama ibarat memperbesar bola salju yang akan menimpa diri sendiri.
Seorang konselor keuangan dunia pernah mengatakan, “Orang yang mengambil pinjol baru untuk bayar pinjol lama hanya sedang menunda ledakan. Cepat atau lambat, bom waktu itu akan meledak.”
Belajar dari Kisah Bangkit dari Utang
Dengan disiplin mencatat pengeluaran, mencari pekerjaan sampingan, serta berani terbuka kepada keluarganya, seseorang dapat berhasil melunasi seluruh utang dalam waktu delapan bulan.
Bagi banyak orang, pinjol memang terasa seperti penyelamat instan.
Namun tanpa pemahaman, ia bisa berubah menjadi jerat panjang.
Solusinya bukan sekadar melunasi, tapi juga belajar mengelola keuangan dengan lebih bijak.
Dengan langkah cerdik – mulai dari menghitung total utang, membedakan legal-ilegal, fokus ke pokok, mencari sumber dana lebih murah, menyusun prioritas, hingga berhenti gali lubang – jalan keluar bisa ditemukan.
“Jangan sampai masalah hari ini menjadi bencana di hari esok. Bertindaklah sekarang, karena masa depan keuangan ada di tangan Anda sendiri.” (A46)