Damaskus, Sinata.id – Dua rencana pembunuhan Presiden Ahmed al-Sharaa digagalkan oleh aparat Suriah, sementara pejabat keamanan mengaitkan kasus ini dengan kelompok ISIS
Dugaan kuat mengarah ke kelompok ISIS sebagai otak di balik rencana itu disampaikan oleh seorang pejabat keamanan senior Suriah kepada Reuters pada Senin (10/11), meskipun ia enggan merinci lebih jauh soal insiden yang sebenarnya terjadi beberapa bulan lalu.
Salah satu plot pembunuhan tersebut bahkan melibatkan sebuah pertemuan resmi yang dihadiri langsung oleh Presiden Sharaa.
Karena sifatnya yang sangat sensitif, pejabat itu memilih menutup rapat detail lain terkait peristiwa ini.
Sementara itu, Kementerian Informasi Suriah memilih untuk tidak menanggapi kabar ini. Situasi ini muncul di tengah persiapan Suriah untuk bergabung dengan koalisi internasional anti-ISIS yang dipimpin Amerika Serikat.
Pada hari yang sama, Presiden Sharaa dijadwalkan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih, menandai pertemuan resmi pertama antara kepala negara Suriah dengan pemimpin Amerika Serikat.
Sharaa, yang baru dilantik pada Desember 2024, dikenal sebagai pemimpin moderat dan berharap pertemuan ini membawa dukungan global untuk rehabilitasi dan pembangunan Suriah.
Jika Suriah benar bergabung dalam koalisi anti-ISIS, hal ini menandai perubahan besar dalam kebijakan luar negeri negara tersebut, yang sebelumnya lebih condong ke Iran dan Rusia di bawah rezim Bashar al-Assad, menjadi lebih terbuka pada Barat.
Sebelum menjadi presiden, Sharaa memimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), sebuah kelompok pemberontak Islam yang dulu berafiliasi dengan Al-Qaeda, tapi memutus hubungan pada 2016 dan kemudianberperang melawan ISIS hampir satu dekade.
Setelah kekalahan besar ISIS, kelompok ini kembali beraksi di Suriah pasca-kejatuhan rezim Assad.
Pemerintah Suriah menuduh ISIS bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di sebuah gereja di Damaskus pada Juni 2025, tudingan yang dibantah oleh ISIS. (*)