Sinata.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa pembentukan awan Cumulonimbus (CB) dalam jumlah besar menjadi faktor dominan di balik cuaca ekstrem yang melanda Sumatera Utara sejak akhir pekan.
Awan raksasa ini diperkirakan terus berkembang hingga 27 November 2025, memicu hujan sangat lebat, petir, dan angin kencang di puluhan kabupaten/kota.
Menurut BMKG Wilayah I Medan, kondisi atmosfer Sumut saat ini berada pada fase paling labil, sehingga proses konveksi terjadi lebih cepat.
Labilitas udara yang tinggi membuat awan CB tumbuh vertikal hingga puluhan kilometer, sebuah tanda klasik terjadinya badai.
“Cumulonimbus menjadi pemicu utama cuaca ekstrem hari-hari ini. Begitu awan ini terbentuk, potensi hujan deras, kilat, hingga angin kencang langsung meningkat,” ujar Kepala BBMKG Wilayah I, Hendro Nugroho, Minggu (23/11/2025).
Baca Juga: Ini Biang Kerok Angin Kencang di Sumut, Berlangsung hingga 27 November
Mengapa Awan Cumulonimbus Mudah Terbentuk di Sumut?
BMKG memaparkan tiga faktor besar yang mempercepat pertumbuhan awan badai CB di Sumatera Utara, di antaranya:
1. Tekanan Rendah 95B di Selat Malaka
Sistem tekanan rendah 95B sejak awal minggu menyebabkan pertemuan angin (wind convergence) yang kuat di wilayah pesisir timur dan barat Sumut.
Pertemuan angin ini menciptakan dorongan naik yang memicu pembentukan awan CB secara intensif.
2. Indian Ocean Dipole (IOD) Negatif
IOD negatif membuat pantai barat Sumut mendapat suplai uap air lebih besar dari Samudera Hindia.
Uap air yang melimpah menjadi “bahan bakar” bagi awan CB untuk tumbuh cepat dan kuat.
3. Gelombang Atmosfer Aktif
Gelombang atmosfer yang melintas mempercepat perkembangan awan konvektif.
Ini membuat awan Cumulonimbus tidak hanya muncul di satu lokasi, tetapi menjalar ke berbagai wilayah secara bersamaan.
Baca Juga: BMKG Sumut Peringatkan Angin Kencang Ekstrem Enam Hari
Dampak Langsung dari Awan Cumulonimbus
Menurut BMKG, ketika awan CB sudah berkembang sempurna, sejumlah dampak umum akan muncul: