Sinata.id – Di tengah teriakan penuh amarah dan wajah-wajah murka, seorang politikus Ukraina, Vitaly Zhuravsky, merasakan ngeri yang mungkin tak pernah ia bayangkan sepanjang hidupnya. Bukan tepuk tangan atau sorakan dukungan yang menyambutnya di luar gedung parlemen Kiev, melainkan amukan massa yang menyalakan bara kebencian di jalanan.
Zhuravsky, dikenal sebagai sosok yang disegani di panggung politik, beberapa tahun lalu diperlakukan bak musuh rakyat. Tubuhnya dicekal, ditarik paksa, lalu dilemparkan ke dalam sebuah tempat sampah besar, adegan yang membuat banyak saksi ternganga tak percaya. Seakan simbol bahwa dirinya, bersama kebijakannya yang kontroversial, dianggap sudah tak layak berada di kursi kekuasaan.
Dari Politikus Berpengaruh Jadi “Sampah Publik”
Sebelum tubuhnya mendarat di tong sampah, pria berusia 58 tahun itu lebih dulu dihujani ban bekas, siraman air, bahkan hantaman tangan. Dalam kepanikan, ia mencoba merangkak keluar, mencari celah untuk kabur, namun massa yang mendidih menolak memberinya ruang. Setiap langkahnya dihalangi, setiap gerakannya ditekan, hingga ia kembali terjerembab ke dalam tumpukan sampah.
Seolah belum puas, para pengunjuk rasa menyeret tempat sampah berisi Zhuravsky keliling kota, seperti arak-arakan hinaan terbuka. Ada yang menyiramkan minuman ke kepalanya, ada pula yang menahan wajahnya agar ia tak bisa menoleh atau lari. Adegan itu, yang direkam kamera ponsel, seketika menyebar luas dan menjadi perbincangan panas di media sosial.
Amnesti yang Menyalakan Bara
Di balik amukan itu, ada kebijakan yang menjadi pemicu. Zhuravsky diketahui mendukung rencana pemberian amnesti bagi separatis pro-Rusia di Ukraina timur—sebuah ide yang dianggap pengkhianatan oleh banyak warga Kiev. Bagaimana mungkin, pikir mereka, seorang wakil rakyat memberi jalan keluar bagi pihak yang disebut agresor, sementara lebih dari 2.000 nyawa sudah melayang dalam konflik bersenjata selama lima bulan terakhir?
Amarah semakin membesar karena Zhuravsky bukan orang baru. Ia pernah menjadi bagian dari lingkaran mantan Presiden Viktor Yanukovych—tokoh pro-Kremlin yang digulingkan rakyat pada Februari 2014 setelah menolak pakta Uni Eropa. Bagi para pengunjuk rasa, Zhuravsky bukan sekadar politisi, ia simbol masa lalu yang korup dan penuh kompromi.
Polisi Datang, Tapi Emosi Sudah Terlanjur Dalam
Drama di luar parlemen itu hanya berhenti ketika polisi anti-huru-hara turun tangan, menembakkan gas air mata dan membubarkan sekitar 200 pengunjuk rasa. Zhuravsky akhirnya dievakuasi, tubuhnya gemetar, wajahnya penuh noda air dan debu, tapi sorot mata publik tetap menilainya dengan kebencian.
Langkah kakinya mungkin selamat sore itu, tapi citra politiknya sudah lebih dulu terkubur di dalam tong sampah.
Kini, insiden itu tak hanya mencatatkan bab kelam dalam perjalanan politik Ukraina, tapi juga menggambarkan jurang dalam antara rakyat dan para penguasa. Zhuravsky telah merasakan sendiri bagaimana cepatnya kursi empuk parlemen berubah menjadi jeruji sosial yang kejam—diadili bukan di pengadilan resmi, melainkan di jalanan, oleh massa yang tak lagi percaya pada janji-janji politik. (*)