Simalungun, Sinata.id – Korban puting beliung di Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, masih menanti bantuan pemerintah untuk memperbaiki rumah mereka yang rusak. Salah satunya Suwardi (56), warga Nagori Bandar Malela, yang hingga kini belum mampu memperbaiki atap rumahnya akibat terkendala biaya.
Ditemui, Senin (25/08/2025) pagi, pria 56 tahun, menuturkan bahwa ia belum bisa memperbaiki rumahnya karena tekendala biaya. Ayah 5 anak yang bekerja sebagai buruh bangunan itu pun berharap uluran tangan pemerintah.
“Kalau ditotal Rp 20 juta lebih untuk perbaikannya, untuk sementara memang kami masih bisa tidur di dalam kamar karena masih ada separuh seng kami yang gak terbang dibawa angin. Tapi terpaksa dipasang skat (pembatas, red) dari goni biar kalau hujan airnya gak masuk ke kamar,” ungkapnya.
Ia menceritakan saat kejadian, pada Sabtu (23/08/2025) sore, saat itu ia pergi ke Siantar untuk menjemput istrinya yang baru pulang bekerja. Saat dilanda hujan deras, ia masih berteduh di sekitar Rambung Merah bersama istrinya. Hujan deras disertai angin sempat ia rasakan saat ia dan istrinya berteduh di sebuah Masjid.
“Memang waktu itu ada perasaan gak enak, karena anakku yang paling kecil di rumah sendirian. Kami juga rasakan angin kencang itu. Ada sekitar 1 jam kami berteduh dan pas agak reda hujan baru kami pulang,” ceritanya.
Setibanya di kampung, ia melihat atap rumah Junaidi tetangganya sudah habis dibawa angin.
“Aku nyangkanya rumahku kena, karena posisinya memang agak di bawah, begitu sampe rumah ternyata seng (atap, red) sudah habis sebagian, tinggal bagian depan yang masih ada,” kenangnya.
Pria bertubuh kurus ini juga bercerita, saat kejadian nahas itu anaknya yang masih berusia 14 tahun di rumah seorang diri. Saat atap mulai bergoyang, anak bungsunya itu berinisiatif untuk masuk ke dalam lemari pakaian yang ada di kamar.
“Karena ketakutan, anakku masuk ke dalam lemari pakaiannya. Untungnya dia cepat, kalau tidak mungkin sudah cidera dia. Karena ada 2 lembar seng yang jatuh di atas kamarnya, seng itu juga yang menimpa lemari,” ceritanya.
Ntah mengapa, ia yang sebelumnya bekerja di Daerah Saribudolok ini memilih pulang ke kampung. Padahal, di sana ia masih memiliki pekerjaan untuk membuat gudang jeruk. “Hari Jumat itu aku pengen pulang, jadi ku ajak anakku pulang. Rupanya karena ini aku pingin pulang itu,” tambahnya.
Amatan awak media, di lokasi tersebut dipasang tenda milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Simalungun, bukan hanya di rumah Suwardi, di samping rumah Junaidi juga dipasang tenda serupa.
Untuk kerusakan rumah Suwardi memang cukup parah karena kondisi atap yang nyaris tak bisa digunakan karena sudah rusak, begitu juga kayu Broti serta bagian dinding rumah terlihat mengalami keretakan.
Di rumah permanen yang belum 100 persen selesai itu, tercetak tulisan berwarna Merah, hal itu menandakan bahwa keluarga tersebut masuk dalam keluarga kurang mampu dan mendapatkan bantuan pemerintah. Di halaman tanah kaplingan itu juga berjejer bantal dan kasur yang sebelumnya terlihat basah.
Dihubungi via seluler, Dedy Wahyudi, Pangulu Nagori Bandar Malela mengatakan pihaknya sudah melakukan pendataan terhadap korban bencana alam.
“Kemarin sudah saya sampaikan bahwa saya secara pribadi siap membantu untuk pembelian kayunya. Tapi untuk atap, itu yang masih kita pikirin. Nanti kita coba untuk komunikasi dengan pihak terkait agar rumah yang terkena bencana segera diatasi,” ujarnya.
Dari data yang diperoleh, di Kecamatan Gunung Maligas setidaknya 77 rumah mengalami kerusakan, diantaranya di Nagori Karang Anyar sebanyak 36 rumah, Nagori Bandar Malela 17 rumah, Nagori Huta Dipar 18 rumah, Nagori Tumorang 1 rumah dan di Nagori Karang Rejo 5 rumah.
Bupati Simalungun, Anton Achmad Saragih sudah melakukan peninjauan langsung ke lokasi bencana. Bupati juga memberikan bantuan pangan kepada para korban bencana alam tersebut. (SN11)