Kondisi Jenazah Dinilai Janggal
Di tengah kesimpulan awal soal dugaan sakit, keluarga justru menilai kematian Dwinanda penuh kejanggalan.
Kerabat korban, Tiwi, menyebut keluarga baru menerima kabar meninggalnya Dwinanda pada Senin petang, berjam-jam setelah korban ditemukan sekitar pukul 05.30 WIB.
“Kami dapat kabar sore hari, padahal informasinya korban ditemukan pagi,” ujar Tiwi.
Ia juga mengungkap sejumlah hal yang membuat keluarga tidak tenang.
Dari foto jenazah yang diterima, korban terlihat telanjang, telentang di lantai keramik tanpa alas, dengan wajah yang tampak berbeda dibanding saat masih hidup.
“Informasinya ada darah keluar dari hidung dan mulut. Sekilas dari foto, ada bercak darah di bagian intim korban. Ini yang membuat keluarga merasa janggal,” kata Tiwi.
Keluarga kini menunggu hasil autopsi yang dilakukan di RSUP Dr Kariadi sebelum menentukan langkah hukum berikutnya.
Baca Juga: Gadis di Kepahiang Bongkar Aksi Bejat Kakak Ipar: Dirudapaksa Belasan Kali Selama Tujuh Tahun
Terdaftar Satu Kartu Keluarga dengan AKBP Basuki
Kecurigaan keluarga kian menguat setelah muncul fakta bahwa korban tercatat satu Kartu Keluarga (KK) dengan AKBP Basuki, polisi yang menjadi saksi pertama.
Padahal, keluarga mengaku tidak pernah mendengar penjelasan dari korban soal kedekatan dengan perwira polisi tersebut.
“Iya, korban satu KK dengan saksi pertama (AKBP Basuki), katanya sebagai saudara. Kecurigaan muncul saat adik saya menanyakan alamat korban dan saksi, ternyata sama,” ujar Tiwi.
Menurut penjelasan yang diterima keluarga, nama Dwinanda dimasukkan dalam KK AKBP Basuki agar ia bisa mengurus perpindahan KTP ke Semarang.
Yang juga dipersoalkan keluarga, AKBP Basuki disebut tidak hadir saat proses autopsi jenazah berlangsung.
“Kalau memang saudara, harusnya hadir. Tapi sampai sore dia tidak datang,” tambah Tiwi.
Alumni Untag Desak Kasus Dibuka Terang-Benderang
Kasus ini juga menyita perhatian Komunitas Muda Mudi Alumni Untag Semarang.
Ketua Umum komunitas tersebut, Jansen Henry Kurniawan, menilai rangkaian peristiwa kematian Dwinanda menyimpan banyak tanda tanya.
Ia mengungkap, sebelumnya korban pernah bercerita mengenai sosok seorang polisi berpangkat AKBP yang bertugas di bidang pengendalian massa.
“Beliau pernah cerita, punya teman polisi kasubdit pengendalian massa. Korban bilang, ‘jangan-jangan kalian sering ketemu pas demo’,” kata Jansen.
Menurut Jansen, keberadaan seorang perwira polisi di kamar saat korban ditemukan meninggal patut menjadi perhatian serius aparat penegak hukum.
Pihaknya menegaskan tetap menjunjung asas praduga tak bersalah, namun mendorong agar penyelidikan dilakukan secara objektif dan transparan.
“Kami berharap kasus ini dibuka seterang-terangnya dan jangan sampai ada kesan melindungi oknum tertentu,” tegasnya.