Oleh: Pdt. Manser Sagala, M.Th
(CP Konseling: 0811 762 709)
Hidup dalam pengorbanan adalah panggilan bagi setiap orang percaya untuk meneladani kasih Kristus yang rela memberi segalanya — bukan hanya melalui perkataan, tetapi juga melalui sikap dan tindakan nyata setiap hari.
Ini merupakan respon iman terhadap pengorbanan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan kita dari dosa dan maut (Roma 3:23-24; Yohanes 3:16).
Berikut beberapa pilar utama bagaimana kita dapat menjalani hidup yang penuh dengan pengorbanan sejati:
1. Mempersembahkan Diri sebagai Korban yang Hidup (Roma 12:1–2)
Pengorbanan sejati bukan hanya tentang mempersembahkan sesuatu, melainkan menyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan.
Penyangkalan Diri:
Mengikuti Kristus berarti menolak keinginan daging, ego, dan ambisi pribadi yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Yesus berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Lukas 9:23)
Memikul salib berarti bersedia menanggung kesulitan, penderitaan, atau penolakan demi kebenaran dan iman kepada Kristus.
Mengutamakan Kehendak Tuhan:
Hidup, waktu, talenta, dan harta kita diserahkan untuk memuliakan Tuhan. Ketaatan seperti ini jauh lebih berharga daripada persembahan lahiriah (1 Samuel 15:22).
Menjauh dari pola hidup dunia yang bertentangan dengan kehendak Allah, serta membiarkan Roh Kudus memperbaharui pikiran dan hati kita setiap hari.
2. Pengorbanan Kasih kepada Sesama (1 Yohanes 3:16–18)
Kasih sejati selalu melibatkan pengorbanan.
Seperti Kristus yang menyerahkan nyawa-Nya bagi kita, demikian pula kita dipanggil untuk rela berkorban bagi sesama.
Mengasihi bukan sekadar kata-kata, melainkan tindakan nyata — memberi waktu, tenaga, bahkan kenyamanan demi membantu orang lain, tanpa mengharapkan imbalan.
Salah satu bentuk pengorbanan terbesar dalam hubungan adalah melepaskan hak untuk membalas, dan memilih mengampuni, sebagaimana Kristus mengampuni kita di kayu salib.
Kerendahan Hati:
Menempatkan kepentingan orang lain di atas diri sendiri (Filipi 2:3–4). Tidak mencari pujian, tetapi melayani dengan hati yang tulus.
3. Pengorbanan Ucapan dan Pujian (Ibrani 13:15)
Mulut dan hati kita juga dapat menjadi alat persembahan bagi Tuhan.
Di tengah segala keadaan — suka maupun duka — kita dipanggil untuk tetap mengucap syukur. Ucapan bibir yang memuliakan nama Tuhan merupakan bentuk iman yang hidup.
Membawa Jiwa kepada Kristus:
Memberitakan Injil adalah bentuk pengorbanan yang mulia, karena sering kali memerlukan keberanian untuk keluar dari zona nyaman demi menyampaikan kabar keselamatan bagi orang lain.
Hidup dalam pengorbanan berarti mengalihkan fokus dari kepentingan diri sendiri kepada kepentingan Tuhan dan sesama.
Inilah hidup yang berharga di mata Allah — hidup yang menghasilkan buah kekal, membawa damai, kasih, dan terang Kristus ke tengah dunia.
Hidup dengan pengorbanan bukanlah tanda kelemahan, melainkan bukti kasih dan ketaatan kepada Tuhan.
Ketika kita rela menyerahkan diri, waktu, dan hati untuk melayani Tuhan dan sesama, saat itulah kita sedang menyalurkan kasih Kristus yang sejati.
Pengorbanan yang dilakukan dengan kasih tidak akan pernah sia-sia, sebab di dalam setiap tetes air mata, kelelahan, dan kerendahan hati itu, Allah sedang membentuk kita menjadi serupa dengan Kristus.
“Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.”
(Matius 16:25)
Kiranya hidup kita menjadi persembahan yang harum di hadapan Allah, memancarkan kasih, iman, dan pengharapan kepada dunia.
Sebab hidup yang dipersembahkan kepada Tuhan tidak pernah berakhir sia-sia.
Tuhan Yesus memberkati kita semua.(A27).
