Sinata.id – Serangan militer Israel ke Jalur Gaza yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 terus menelan korban jiwa dalam jumlah besar. Data otoritas kesehatan Gaza yang dikutip pada Kamis (18/9/2025) mencatat, total korban tewas akibat agresi ini telah mencapai 65.062 jiwa, sementara 165.697 orang lainnya mengalami luka-luka.
Dalam 24 jam terakhir saja, 98 jenazah dan 385 korban luka dilaporkan masuk ke berbagai rumah sakit di Gaza. Di antara korban tersebut terdapat tujuh pekerja kemanusiaan yang tewas dan 87 lainnya luka-luka, memperlihatkan tingginya risiko yang dihadapi tim bantuan di lapangan.
Selain itu, laporan tersebut menyebutkan empat warga Palestina meninggal akibat kelaparan dan malnutrisi pada periode yang sama. Angka ini menambah jumlah kematian terkait kekurangan pangan menjadi 432 orang, termasuk 146 anak-anak. Situasi ini menggambarkan dampak serius blokade dan krisis pasokan bantuan kemanusiaan di wilayah kantong padat penduduk itu.
Serangan terbaru Israel berlangsung Selasa dini hari (16/9/2025) ketika pasukan darat memasuki Gaza City, kota terbesar di wilayah tersebut. Aksi ini memaksa ribuan warga Palestina kembali mengungsi. Tindakan itu segera menuai kecaman internasional, memperkuat desakan global agar konflik segera dihentikan.
Para pengamat menilai serangan terbaru ini semakin mengancam stabilitas kawasan. Baris Adibelli, akademisi Universitas Kutahya Dumlupinar Turki, menyebut warga sipil Palestina seakan hanya memiliki dua pilihan: “mengungsi atau menghadapi kematian.”
Sementara itu, Baris Doster dari Universitas Marmara, Istanbul, menegaskan tindakan Israel di Lebanon, Palestina, perang singkat dengan Iran, serta manuvernya di Suriah, telah membuat Timur Tengah berada di ambang ketidakstabilan lebih parah.
Serangan dan dampak kemanusiaan ini menegaskan betapa gentingnya situasi Gaza. Lonjakan korban jiwa, kelaparan, dan gelombang pengungsi baru memperburuk krisis yang telah berlangsung hampir dua tahun tanpa tanda-tanda mereda. (A46)