Danau Toba, yang dulu jadi tempat wisata dan sumber kehidupan, kini juga jadi tempat perenungan. Sebab di balik keindahannya, tersimpan peringatan abadi, keselamatan bukan pilihan, tapi keharusan.
Baca Juga: Mat Peci, Dari Putus Cinta Jadi Begal Legendaris Paling Ditakuti
Suara dari Dasar Danau
Hingga kini, Danau Toba tetap tenang. Tapi di bawah permukaannya, di kedalaman ratusan meter, bangkai KM Sinar Bangun masih berdiam.
Para penyelam yang sempat menurunkan kamera robot menggambarkan pemandangan sunyi, rangka kapal terbaring miring, roda sepeda motor berkarat, dan sisa kain pakaian yang menari perlahan di arus halus danau.
Mungkin di sana, waktu berhenti.
Dan di permukaannya, setiap kali angin bertiup, seolah membawa bisikan, “ingatlah kami”.
Baca Juga: Misteri Kerangka Manusia di Pohon Aren Tua
Luka yang Menjadi Pelajaran Bangsa
Tragedi KM Sinar Bangun bukan sekadar cerita tenggelamnya kapal, tapi juga tentang lalai yang dibayar dengan nyawa, tentang harapan yang tenggelam bersama senja, dan tentang pentingnya budaya keselamatan di negeri kepulauan ini.
Setiap penumpang yang naik kapal hari ini, setiap nakhoda yang menyalakan mesin, seharusnya mengingat 18 Juni 2018. Hari ketika Danau Toba menangis.
Sebab keselamatan tidak hanya milik pemerintah atau petugas dermaga, tapi tanggung jawab bersama, agar tak ada lagi pelayaran yang berakhir di dasar danau. [a46]
penulis: zainal efendi
sumber: berbagai sumber