Sinata.id – Di tengah lumpuhnya akses darat akibat banjir bandang dan longsor yang mengisolasi sejumlah desa di Tapanuli Tengah, muncul satu nama yang kemudian menjadi simpul harapan, Marlina.
Ibu Bhayangkari ini tampil di garis terdepan, memandu langsung helikopter bantuan menembus wilayah yang nyaris tak tersentuh, hingga logistik akhirnya tiba di Desa Bonandolok.
Peristiwa itu terjadi bukan dalam situasi yang mudah.
Bencana datang bertubi-tubi. Selasa pagi lalu, keluarga besar Marlina masih berkabung atas wafatnya empat kerabat akibat longsor.
Belum sempat duka itu reda, banjir dan tanah bergerak melanda hampir seluruh wilayah.
Listrik padam, jaringan komunikasi terputus, sumber air hilang, dan kepanikan menjalar cepat.
Rumah Marlina yang relatif aman justru berubah menjadi titik pengungsian darurat.
Baca Juga:Â Polrestabes Medan Kini Punya Pasukan Khusus Pembasmi Kejahatan Jalanan JCS
Sejak Rabu (3/12/2025) pagi, warga berdatangan mencari perlindungan.
Puluhan hingga ratusan orang memadati rumah itu, menjadikannya tumpuan terakhir saat jalur keluar tertutup material longsor.
Bahkan, pimpinan kepolisian setempat sempat singgah sejenak untuk beristirahat sebelum kembali bergerak menangani situasi.
Kondisi kemanusiaan kian memprihatinkan ketika Marlina bertemu warga dari kampungnya yang berjalan kaki hingga berjam-jam melintasi jalur rusak hanya untuk mendapatkan beras.
Mereka menitipkan uang seadanya, berharap Marlina bisa membeli kebutuhan pokok dan mengirimkannya kembali ke desa.
Di saat yang sama, kabar buruk datang bertubi-tubi.
Rumah orang tua, saudara, dan sejumlah anggota keluarganya dilaporkan amblas terseret longsor.