Sinata.id – Ratusan orang nekat menyeberangi Sungai Moei ke Thailand setelah melarikan diri dari kompleks industri scam di Myanmar, salah satu pusat penipuan digital terbesar di Asia Tenggara. Aksi pelarian massal dari industri scam Myanmar ini menyingkap sisi gelap dunia maya yang kini berubah menjadi ladang perbudakan modern, di mana ribuan korban dijebak untuk bekerja di balik layar jaringan penipuan lintas negara.
Gelombang besar pelarian massal kembali mengguncang perbatasan Myanmar–Thailand. Sedikitnya 667 orang nekat menyeberangi Sungai Moei menuju wilayah Tak, Thailand, Kamis (23/10/2025) pagi.
Mereka melarikan diri dari salah satu pusat industri scam paling terkenal di Myanmar, sebuah dunia gelap di balik layar internet yang kini jadi sorotan global.
Wakil Gubernur Provinsi Tak, Sawanit Suriyakul Na Ayutthaya, membenarkan kabar tersebut kepada AFP.
“Ratusan orang kabur dari kompleks itu dan menyeberang lewat sungai menuju wilayah kami,” ujarnya.
Para pelarian itu diduga merupakan korban jaringan penipuan digital lintas negara yang menjamur di Asia Tenggara.
Baca Juga: Aset Mewah Doni Salmanan Dilelang, Negara Raup Hampir Rp10 Miliar
Neraka Dunia Maya
Myanmar kini dikenal bukan hanya karena gejolak politiknya, tapi juga karena menjelma menjadi sarang sindikat penipuan digital terbesar di Asia Tenggara.
Modusnya beragam, dari investasi palsu, hingga rayuan asmara virtual yang berujung jebakan finansial.
Industri ini berkembang pesat berkat konektivitas internet tanpa batas dan lemahnya pengawasan hukum di wilayah konflik.
Pemerintah Thailand bahkan pernah mendeportasi lebih dari 7.000 pekerja dari kawasan serupa pada Februari lalu.
Langkah ini disertai dengan kebijakan keras: memblokir akses internet yang bersumber dari Myanmar untuk mencegah arus komunikasi antar jaringan scam.
Fenomena “industri scam” ini bukan semata karena keserakahan. Sebagian orang memang tergiur janji penghasilan tinggi tanpa risiko.
Namun banyak pula yang dijebak dan dipaksa bekerja di balik sistem tertutup. Mereka dikurung, diintimidasi, bahkan disiksa jika menolak melaksanakan perintah.
“Banyak korban yang awalnya dijanjikan pekerjaan legal, tapi justru dijual ke kompleks scam dan tidak bisa keluar,” ungkap laporan investigatif AFP.
Ironisnya, jaringan ini tetap tumbuh subur meski mendapat sorotan dunia.
Salah satu faktor yang membuat jaringan ini semakin sulit diberantas adalah masuknya layanan internet satelit Starlink milik Elon Musk ke Myanmar.
Dengan koneksi mandiri tanpa infrastruktur darat, para operator scam kini bisa beroperasi di lokasi terpencil sekalipun.
Ironisnya, koneksi cepat Starlink yang diciptakan untuk “menghubungkan dunia” justru dimanfaatkan oleh kelompok kriminal untuk memperluas jaringan gelap mereka, membuat aparat kewalahan melacak lokasi server atau pelaku utama.
Kejahatan yang Menyebar ke Seluruh Asia
Myanmar bukan satu-satunya episentrum. Jejak industri scam kini juga terendus di Kamboja, Laos, hingga perbatasan Thailand–China.