Sinata.id – Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi memastikan Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, akan menerima gelar Pahlawan Nasional. Pengumuman resmi rencananya disampaikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto pada hari ini, Senin (10/11/2025), di Istana Negara.
Gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto akan diumumkan langsung tepat pada Hari Pahlawan oleh Prabowo.
Keputusan ini menuai pro-kontra, namun disebut sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa para pemimpin bangsa.
“Ya, masuk, masuk,” ujar Mensesneg singkat ketika ditanya apakah Soeharto termasuk dalam daftar penerima gelar tahun ini.
Prasetyo juga menyebut total ada 10 tokoh yang akan menerima gelar serupa.
Baca Juga: Waspada Rekrutmen Petugas Haji 2026 Palsu, Kemenhaj Tegaskan Belum Dibuka Resmi!
Proses Panjang dan Penuh Perdebatan
Sebelumnya, Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK) telah mengkaji 49 nama calon pahlawan nasional yang diusulkan tahun ini.
Deretan nama besar pun muncul, mulai dari Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), aktivis buruh Marsinah, hingga Soeharto sendiri.
Usulan tersebut datang dari berbagai daerah dan lembaga. Namun, tidak semua disambut dengan sepakat.
Lebih dari 500 aktivis dan akademisi menandatangani petisi menolak pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto, dengan alasan masih adanya catatan pelanggaran HAM dan otoritarianisme di masa pemerintahannya.
Penolakan itu turut disuarakan oleh Bonnie Triyana, Kepala Badan Sejarah Indonesia dari PDI Perjuangan.
Namun, di sisi lain, dukungan juga mengalir dari kalangan ormas Islam seperti PBNU dan MUI, yang menilai Soeharto berjasa besar dalam menjaga stabilitas dan mempertahankan ideologi Pancasila.
Golkar Angkat Suara
Salah satu dukungan paling vokal datang dari Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia.
Ia menegaskan, Golkar telah mengajukan aspirasi resmi kepada Presiden Prabowo agar Soeharto diberi gelar kehormatan tersebut.
“Dalam pandangan kami, Pak Harto sangat layak diberikan penghargaan pahlawan nasional. Beliau bukan hanya presiden selama 32 tahun, tapi juga tokoh yang berperan besar dalam mempertahankan Pancasila di masa ancaman ideologi lain,” ujar Bahlil di kantor DPP Partai Golkar, Minggu (9/11/2025).
Bahlil mengingatkan kembali sejumlah capaian era Orde Baru, mulai dari swasembada pangan dan energi, penurunan inflasi hingga 650%, penciptaan lapangan kerja besar-besaran, hingga membuat Indonesia dijuluki “Macan Asia” pada akhir 1980-an.
“Prestasi-prestasi ini menjadi dasar bagi kami mendorong gelar tersebut,” ujarnya.