Dari foto yang diterima, Dwinanda ditemukan telanjang, tergeletak di lantai keramik tanpa alas.
Wajahnya tampak berbeda, dan disebut terdapat darah dari hidung, mulut, serta bercak pada bagian intim.
“Kondisinya membuat kami curiga. Ada hal-hal yang tidak sesuai,” ujar Tiwi.
Tim Inafis memang tidak menemukan tanda kekerasan dari pemeriksaan luar. Kendati begitu, permintaan keluarga membuat autopsi tetap dilakukan.
Baca Juga: Oknum Polisi Tega Habisi Dosen Cantik di Bungo Gara-gara Cemburu Buta
Satu KK dengan AKBP Basuki, tapi Keluarga Tak Pernah Tahu
Titik janggal lain muncul ketika keluarga mengetahui bahwa Dwinanda ternyata terdaftar satu Kartu Keluarga (KK) dengan AKBP Basuki.
Informasi itu baru terungkap saat keluarga mengecek data administrasi.
“Kami kaget. Korban tidak pernah bercerita soal adanya hubungan keluarga dengan polisi tersebut,” jelas Tiwi.
Keterangan yang diterima keluarga menyebut nama Dwinanda dimasukkan ke KK AKBP Basuki untuk keperluan perpindahan KTP ke Semarang.
Namun keputusan itu menambah panjang daftar pertanyaan.
Bahkan, saat proses autopsi dilakukan, AKBP Basuki disebut tidak hadir.
“Kalau memang saudara, harusnya datang,” ujar Tiwi.