Bandung, Sinata.id – Warga Banjaran, Kabupaten Bandung, digemparkan dengan penemuan jasad seorang ibu berinisial EN (34) bersama dua anaknya di rumah kontrakan yang mereka tempati.
EN ditemukan dalam kondisi gantung diri, sementara kedua buah hatinya tergeletak tidak jauh dari jasad sang ibu. Polisi yang datang ke lokasi juga menemukan sepucuk surat wasiat berbahasa Sunda yang diduga ditulis korban sebelum mengakhiri hidupnya.
Baca Juga: Diduga Depresi Akibat Utang Suami, Ibu di Bandung Nekat Akhiri Hidup dengan Dua Anak
Surat tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dalam tulisannya, EN menyampaikan permohonan maaf kepada orang tua dan saudara-saudaranya. Ia mengaku sudah tidak sanggup menjalani kehidupan yang terus dihimpit masalah utang dan kebohongan dari sang suami.
“Saya sudah lelah lahir batin, saya sudah tidak kuat menjalani hidup seperti ini. Utang semakin hari semakin bertambah, padahal saya sendiri tidak tahu berutang pada siapa saja,” tulis EN dalam suratnya, dikutip Sabtu (6/9/2025).
EN juga mencurahkan rasa kecewanya terhadap sang suami yang kerap berbohong dan tidak bertanggung jawab. Ia merasa tertekan karena harus menanggung beban utang dan menahan sakit hati akibat perlakuan pasangannya.
Lebih lanjut, korban menyampaikan permintaan maaf kepada kedua anaknya, Alif dan Arlan. Dalam surat itu, EN menuliskan bahwa keputusannya dilakukan demi menghindarkan anak-anaknya dari kesengsaraan.
“Mamah lebih rela ke neraka daripada melihat Aa dan Dede sengsara. Karena kalian belum punya dosa, biar mamah saja yang menanggung dosanya,” ungkap EN dalam isi surat wasiat tersebut.
Berikut isi surat wasiat tersebut selengkapnya:
Mamah, bapa, ema, bapa, teteh, dan aa, maafkan saya. Maafkan saya melakukan hal ini.
Saya sudah lelah lahir batin, saya sudah tidak kuat menjalani hidup seperti ini. Saya lelah hidup terus-terusan terlilit utang yang tidak ada habisnya, malah semakin hari semakin bertambah. Padahal, saya tidak tahu utang kepada siapa saja, berapa jumlahnya, atau utang dari mana.
Saya lelah punya suami yang selalu bohong, tidak ada kesadarannya sama sekali. Saya lelah terus-menerus disakiti hatinya, sudah jelas-jelas dikucilkan orang lain, diomongin, dibenci, padahal tidak merasa berbuat salah.
Punya suami malah terus-terusan berbohong dan berutang. Lelah.
Saya harap, jika saya dan anak-anak sudah meninggal, dia akan sadar. Jika tidak sadar pun tidak apa-apa, yang penting tidak menyengsarakan anak-anak saya.
Saya malu dan kasihan selalu menyusahkan kakak-kakak dan orang tua. Jika saya sudah tidak ada, saya tidak akan menyusahkan lagi.Maafkan saya tidak bisa membalas budi kepada orang tua dan kakak-kakak.
Kepada: Aa Alif dan Dede Arlan. Aa Alif, Dede Arlan, maafkan mamah. Jalannya harus seperti ini, karena mamah sangat sayang. Daripada ditinggalkan oleh mamah, kasihan pada nenek.
Mamah lebih rela ke neraka daripada melihat Aa dan dede sengsara. Sebab, Aa dan dede belum punya dosa. Biar mamah saja yang menanggung dosanya ke neraka.
Mamah tidak rela hidup terus-terusan susah.
Maafkan mamah tidak bisa memenuhi segala kebutuhan Aa dan dede. Maafkan mamah tidak bisa membahagiakan Aa dan dede. Maafkan mamah, Aa tidak jadi menari ya. Maafkan mamah. Aa dan dede, insya Allah kalian akan masuk surga.
Hingga saat ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait peristiwa tragis yang menimpa satu keluarga tersebut. (A46)