Oleh: Pdt Mis Ev.Daniel Pardede,SH.MH
Sarapan Pagi Kristen
Wahyu 3:14–22
“Barang siapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.” (ayat 21)
Renungan pagi ini adalah sajian terakhir dari tujuh pesan Yesus Kristus kepada tujuh jemaat yang disampaikan melalui rasul Yohanes: Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, dan terakhir kepada jemaat di Laodikia.
Dari pesan kepada jemaat di Laodikia ini, kita belajar hal penting tentang iman yang sungguh-sungguh di hadapan Tuhan.
1. Jangan jadi suam-suam kuku
Yesus menegaskan bahwa orang yang tidak dingin dan tidak panas akan dimuntahkan-Nya. Ia ingin agar kita hidup dengan iman yang benar-benar menyala, bukan setengah hati.
Baik sebagai jemaat biasa maupun pelayan Tuhan, lakukanlah pelayanan dengan semangat dan sukacita — bukan karena terpaksa, bukan demi keuntungan, melainkan dengan pengabdian diri yang tulus.
“Gembalakanlah kawanan domba Allah dengan sukarela sesuai kehendak Allah.” (1 Petrus 5:2)
Hidup yang berpadanan dengan Injil Kristus (Efesus 4:1–32; Filipi 1:27–30) akan membuat kita berkenan di hadapan Tuhan dan tidak dimuntahkan oleh-Nya.
2. Belilah emas yang dimurnikan dalam api
Yesus menasihati, “Belilah dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api supaya kamu menjadi kaya.” (Wahyu 3:18)
Emas murni melambangkan Firman Tuhan yang berharga. Untuk mendapatkannya, dibutuhkan kerinduan yang tulus dan kesungguhan tanpa pamrih. Iman yang sejati tidak dibangun karena iming-iming duniawi, melainkan melalui kesetiaan dalam proses dan penderitaan.
Yakub menjadi teladan bagi kita. Ia bergumul semalaman dengan Tuhan di Pniel hingga lututnya terpelecok, tetapi ia tidak menyerah sebelum menerima berkat. Dari pergumulan itulah Yakub diberkati dan namanya diganti menjadi Israel. Itulah yang disebut “membeli dengan harga mahal” — berkat yang membuatnya benar-benar kaya di dalam Tuhan.
3. Tuhan menghajar karena kasih
Yesus berkata, “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegur dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah.” (Wahyu 3:19)
Amsal 3:11–12 mengingatkan kita, “Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan Tuhan dan janganlah engkau bosan akan peringatannya. Karena Tuhan memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayanginya.”
Teguran Tuhan bukanlah hukuman, melainkan bentuk kasih agar kita bertobat dan kembali ke jalan yang benar.
Marilah kita berdoa agar Tuhan menyelidiki hati kita dan menyingkap apakah kita benar-benar percaya dan taat kepada Firman-Nya dengan sepenuh hati. Jangan biarkan iman kita menjadi suam-suam kuku.
Hidupilah iman yang panas, berapi-api, dan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan, agar kita kelak tidak dimuntahkan, tetapi dimahkotai dan duduk bersama-Nya di atas takhta kemuliaan.(A27)