Pematangsiantar, Sinata.id – Beberapa menit setelah hujan deras turun, unjuk rasa di depan Gedung DPRD Pematangsiantar, Senin 1 September 2025, ricuh.
Gerakan provokasi dari peserta aksi, memicu aparat kepolisian bertindak sedikit refresif. Demonstran dan polisi terlibat saling lempar. Gerbang kantor dewan dicopot. Kursi di Pos Jaga, diambil massa. Polisi dihina dengan sebutan nama hewan, menggema.
Pantauan Sinata.id, sekitar 5 menit setelah hujan turun, aparat kepolisian berteduh ke dalam gedung dewan. Momen itu dimanfaatkan sekelompok remaja, dengan ‘menjarah” kursi dan menjebol pintu gerbang.
Tak lama, lemparan batu menyasar ke arah gedung Harungguan DPRD Pematangsiantar, ruang tunggu dekat ruangan Ketua DPRD, tempat dimana anggota Polri dan TNI berteduh.
Lemparan yang semula hanya batu kecil, kian meningkat intensitasnya. Ketegangan pun memuncak, saat personel Dalmas Polres Pematangsiantar melakukan pengamanan, lalu membalas lemparan.
Intensitas lemparan meningkat, seiring dengan bertambahnya jumlah pelaku pelemparan. Batu yang semula menjadi senjata, diganti dengan benda sembarang, termasuk kursi hasil “jarahan”, kayu dan bambu.
Polisi pun sempat kewalahan menghadapi ‘hujan batu’ dari massa yang mulai anarkis. Beberapa sejumlah polisi membalas lemparan, juga dengan batu, meski tidak tepat sasaran. Namun tindakan itu berhasil memecah konsentrasi massa.
Tak lama kemudian, personil Polri mampu ‘mendorong’ mundur pembuat onar. Mereka terlihat lari ke arah lapangan Haji Adam Malik, hingga membuat aksi kejar-kejaran sempat terjadi. Namun tak sampai menimbulkan bentrok susulan.

Berselang beberapa menit kemudian, tim anti huru hara dari TNI dan Brimob membantu personel Dalmas Polres Pematangsiantar.
Kapolres Pematangsiantar, AKBP Sah Udur Sitinjak dan Danrem O22 Pantai Timur Kolonel Inf Agus Supriyono juga turut meredam aksi brutal warga. Ternyata, aksi yang dilakukan dua petinggi TNI dan Polri lebih efektif meredam aksi.
Informasi yang diterima Sinata.id, para remaja pelaku awal pelemparan, bukan bagian dari peserta aksi unjuk rasa. “Bukan peserta aksi itu bang,” sebut seorang mahasiswa yang turut sebagai peserta aksi. (SN11/SN14)