Sinata.id
  • Indeks
  • Headline
  • News
    • Nasional
    • Regional
    • Dunia
    • Pematangsiantar
    • Simalungun
  • Trending
  • Bisnis
    • Investasi
    • Keuangan
  • Sports
    • Bola
      • Liga Champions
      • Liga Inggris
      • Liga Italia
      • Liga Spanyol
  • Teknologi
    • AI
    • Aplikasi
    • Gadget
    • Game
  • Rileks
    • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Entertainment
      • Seleb
    • Kolom
      • Religi
  • Wisata
No Result
View All Result
Sinata.id
No Result
View All Result
Sinata.id
No Result
View All Result
  • INDEKS
  • Headline
  • News
  • Trending
  • Regional
  • Nasional
  • Bisnis
  • Sports
  • Entertainment
  • Teknologi
  • Wisata
  • Religi

2 Bencana di Rentang Tanggal Serupa: Luka yang Mengingatkan Kita untuk Tidak Lupa

Editor: Ferry SP Sinamo
7 Desember 2025 | 18:33 WIB
Rubrik: Kolom
ada hari-hari dalam perjalanan sejarah bangsa yang tak akan pernah terhapus dari ingatan, hari ketika bencana datang tanpa ampun.

Ilustrasi. (Ist)

Oleh: St Ferry SP Sinamo, MH, CPM, CPArb

Ada hari-hari dalam perjalanan sejarah bangsa yang tak akan pernah terhapus dari ingatan, hari ketika bencana datang tanpa ampun—saat alam mengamuk, tanah berguncang hebat, air meluap menelan kehidupan, dan langit seolah ikut menangis bersama manusia.

Dua peristiwa besar yang terjadi pada 26 Desember 2004 dan sekitar 26 November 2025 kembali membuka memori kolektif kita tentang betapa rapuhnya hidup.

Aceh menangis dua kali.

Dan seluruh Indonesia merasakannya.

Bukan hanya tentang angka korban dan kerusakan, tetapi tentang suara anak yang kehilangan orang tuanya, tentang ibu yang mencari nama pada daftar pengungsi, dan tentang rumah yang lenyap dalam hitungan detik. Setiap keping berita saat itu bukan hanya informasi—melainkan air mata yang jatuh.

Saat Laut Mengambil Segalanya – Tsunami Aceh 2004

Gempa dahsyat 9,1–9,3 SR mengguncang bumi hingga laut pun keluar dari batasnya.
Tsunami menelan pesisir, menyapu rumah, pasar, sekolah, bahkan masa depan.

Ratusan ribu jiwa pergi tanpa pamit.

Foto keluarga yang basah menjadi satu-satunya peninggalan.

Kota sunyi, hanya suara angin dan puing-puing yang bersaksi tentang tragedi.

Indonesia menangis bersama Aceh—bukan sehari, tetapi bertahun-tahun lamanya.

Dua Dekade Kemudian – Banjir & Longsor Sumatra 2025

Hujan turun tanpa jeda, membawa lumpur dan batu dari perbukitan.
Air meluap, memaksa warga berlari menyelamatkan diri.
Sebagian tidak sempat kembali, sebagian kehilangan tempat yang mereka sebut rumah.
* Anak-anak tidur di tenda pengungsian.
* Lansia menatap kosong ke arah rumah yang tinggal kenangan.

Doa dan harapan menjadi pakaian paling hangat di malam yang dingin.

Banyak orang terdiam, mengingat peristiwa 2004.
Tanggal yang berdekatan seakan membuka luka lama yang belum benar-benar sembuh.

Ketika Bencana Datang, Manusia Belajar Menjadi Keluarga

Di antara puing dan genangan air, ada tangan yang saling menggenggam.
Ada warga yang berbagi makanan terakhirnya.
Ada relawan yang menempuh perjalanan jauh hanya untuk memastikan seseorang tidak menangis sendirian.

Saat itu, kita tidak bertanya apa agama, suku, atau status seseorang.

Kita hanya tahu: kita manusia. Kita saudara.

Bencana mengajarkan sesuatu yang sering dilupakan—bahwa hidup tidak hanya tentang membangun, tetapi juga tentang menjaga, mengasihi, dan hadir untuk sesama.

Renungan: Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Dua Luka ini?

Tidak ada yang ingin bencana terjadi. Namun dari keperihan itulah kita melihat betapa berharganya waktu, keluarga, cinta, dan kedamaian.

Pertanyaan untuk diri kita sendiri:

* Sudahkah kita menjaga alam yang memberi kita hidup?

* Sudahkah kita lebih banyak mendengarkan daripada menyalahkan?

* Sudahkah kita memberi ruang bagi empati, bukan hanya opini?

Karena kadang, yang paling dibutuhkan bukan jawaban—melainkan hati yang mau peduli.

Harapan Tidak Pernah Tenggelam

Sejarah menunjukkan Aceh bisa bangkit. Indonesia bisa bangkit.
Di balik tangis, selalu ada tangan yang mengusap.
Di balik reruntuhan, ada keinginan untuk memulai kembali.

Bencana mungkin merobohkan bangunan,
tapi ia tidak pernah bisa merobohkan harapan manusia.

Mungkin, dua tragedi ini hadir sebagai pengingat bahwa hidup harus dihargai.
Bahwa kita harus lebih lembut terhadap bumi dan satu sama lain.
Bahwa luka akan sembuh, meski tidak pernah benar-benar hilang.

Semoga korban mendapat kekuatan, keluarga mendapat ketenangan,
dan negeri ini memetik hikmah untuk tidak lupa bahwa kita harus saling menjaga.

Indonesia pernah jatuh. Namun kita belajar berdiri.
Dan selama hati kita tidak mati, harapan akan selalu hidup.[A27]

Tags: KolomTsunami Aceh 2004

Berita Terkait

No Content Available

Berita Terbaru

Nasional

Hutan Sumatera Menyusut Drastis, 1,4 Juta Hektare Hilang dalam Delapan Tahun

7 Desember 2025 | 21:07 WIB
News

Longsor Timbun Jalinsum Pakpak Bharat, Lalu Lintas Sempat Lumpuh

7 Desember 2025 | 21:00 WIB
Bisnis

SPBU Shell Mulai Normal Kembali, Pasokan BBM Disuntik 100 Ribu Barel

7 Desember 2025 | 20:46 WIB
Pematangsiantar

Sekda Siantar Hadiri Yubileum 75 Tahun GBKP Runggun Jalan Nias

7 Desember 2025 | 20:41 WIB
Dunia

Gempa Kuat Magnitudo 7,0 Hantam Perbatasan Alaska–Kanada, Warga Panik Namun Nihil Korban

7 Desember 2025 | 20:35 WIB
F1

F1 GP Abu Dhabi 2025 Jadi Panggung Penentuan, Norris dan Verstappen Beradu Mental

7 Desember 2025 | 20:23 WIB
Pematangsiantar

Optimalisasi Terminal TP, Dishub Akan Lakukan Penyesuaian Trayek

7 Desember 2025 | 20:10 WIB
Liga Spanyol

Elche vs Girona – Prediksi Skor dan Masalah

7 Desember 2025 | 20:06 WIB
Regional

Audit Lingkungan Dimulai, Tiga Perusahaan di Sumut Wajib Hentikan Operasi Pascabanjir

7 Desember 2025 | 19:52 WIB
Teknologi

Cara Mengaktifkan Starlink Gratis untuk Warga Terdampak Bencana Sumatera

7 Desember 2025 | 19:46 WIB
News

Jumlah Korban Jiwa Bencana di Sumatera Terus Bertambah, Angka Kematian Tembus 940 Orang

7 Desember 2025 | 19:34 WIB
Seleb

Raffi Ahmad–Nagita Slavina Donasi Rp15 Miliar ke Aceh, Sumbar, dan Sumut

7 Desember 2025 | 19:25 WIB
  • Indeks
  • Pedoman
  • Privacy
  • Redaksi
  • ToS
  • News Map
  • Site Map
Seedbacklink

© 2025

logo sinata id new


PT. SINAR KEADILAN UTAMA (SINATA)
Jl. Merpati V No 2, Kelurahan Pesanggrahan, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12320.

ALAMAT REDAKSI
Jl. Pdt. Justin Sihombing No. 162, Kelurahan Siopat Suhu, Kecamatan Siantar Timur, Pematangsiantar, 21139, Sumatera Utara.

📧 redaksisinata @ gmail.com

No Result
View All Result
  • Indeks
  • Headline
  • News
    • Nasional
    • Regional
    • Dunia
    • Pematangsiantar
    • Simalungun
  • Trending
  • Bisnis
    • Investasi
    • Keuangan
  • Sports
    • Bola
      • Liga Champions
      • Liga Inggris
      • Liga Italia
      • Liga Spanyol
  • Teknologi
    • AI
    • Aplikasi
    • Gadget
    • Game
  • Rileks
    • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Entertainment
      • Seleb
    • Kolom
      • Religi
  • Wisata

© 2025

logo sinata id new


PT. SINAR KEADILAN UTAMA (SINATA)
Jl. Merpati V No 2, Kelurahan Pesanggrahan, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12320.

ALAMAT REDAKSI
Jl. Pdt. Justin Sihombing No. 162, Kelurahan Siopat Suhu, Kecamatan Siantar Timur, Pematangsiantar, 21139, Sumatera Utara.

📧 redaksisinata @ gmail.com