Sinata.id – Semuanya bermula dari sebuah sore yang tampak biasa. Yanti baru selesai mandi, udara masih lembap, aroma sabun masih menempel di tubuhnya. Tak ada tanda bahaya, sampai kalimat tak senonoh keluar dari mulut sang mertua, Juri (53).
“Kowe umpomo gak mantuku ngunu wis tak emut,”
(“Kalau kamu bukan menantuku, sudah aku cium.”)
Sejak detik itu, ketenangan di rumah mereka di Bojonegoro pun runtuh berujung maut di secangkir kopi racun yang diseduh dini hari.
Kalimat cabul itu meluncur tanpa rasa malu. Yanti tertegun, lalu marah. Ia bergegas mencari suaminya, Kasan (30), untuk melapor.
Tak butuh waktu lama, darah Kasan langsung naik ke kepala. Baginya, yang baru saja dilakukan sang ayah tiri bukan hanya tidak sopan, itu penghinaan terhadap harga diri.
Malam itu juga, usai salat Magrib, Kasan memanggil semua orang di rumah.
Ada Juri, si bapak tiri, dan Timur, ibu kandung Kasan.
Dengan wajah penuh amarah, Kasan menumpahkan semuanya. Timur pun tak kuasa menahan emosi, tangannya terayun ke wajah Juri.
“Wong tuwek kok ora sopan! Gak ndidik anak sing bener!”
(“Orang tua kok gak tahu sopan santun! Gak bisa mendidik anak dengan benar!”)
Namun Juri hanya diam, seolah tak menyesal sedikit pun.
Kasan makin tak tahan. Ia bersumpah akan keluar dari rumah itu bersama istri dan anak-anaknya.
Dan benar, malam itu juga mereka pergi. Tapi di balik keputusannya meninggalkan rumah, dendam sudah membara di dada.
Baca Juga: Kisah Tragis Satomi Kitaguchi, Siswi SMA Berprestasi yang Tak Pernah Kembali
Rencana Pembalasan
Kamis (7/7/2026), waktu menunjukkan pukul 01.30 dini hari. Semua orang tertidur, kecuali Kasan.
Matanya kosong, pikirannya kembali ke ucapan dan kelakuan Juri. Di kepalanya hanya satu kata, balas.