Sinata.id – Arus pekerja migran ilegal asal Indonesia menuju Kamboja kembali melonjak tajam. Ironisnya, gelombang keberangkatan ini justru meningkat di tengah makin banyaknya kabar tragis WNI yang pulang tinggal nama, tak sedikit yang disemayamkan di negeri orang.
Janji gaji belasan juta rupiah tetap saja membuat ribuan orang nekat menantang bahaya di negara yang dikenal sebagai episentrum praktik penipuan online dan kerja paksa.
Fenomena Nekat Mengadu Nasib
Sejak pandemi Covid-19, KBRI Phnom Penh mencatat lonjakan kedatangan WNI sampai 11 kali lipat, menembus 166.795 orang pada 2024, melonjak drastis dari hanya 14.564 orang di 2020.
Namun di balik angka bombastis itu, terdapat kenyataan kelam, banyak yang datang tak lagi bisa pulang, atau pulang dalam keadaan sekarat dan bahkan tak bernyawa.
Mayoritas WNI datang tanpa melapor ke kedutaan.
Banyak masuk menggunakan visa turis sebelum dipekerjakan secara non-prosedural di sektor-sektor abu-abu, terutama judi online dan online scam, dua industri yang menjanjikan gaji Rp8–13 juta, tetapi menyimpan ancaman penculikan, penyekapan, dan eksploitasi.
Baca Juga: Gadis Migran Kamboja Diduga Jadi Korban Rudapaksa Tujuh Tentara Thailand
“Gajinya Besar, Tapi Taruhannya Nyawa”
Aseng (nama samaran), salah satu pekerja muda yang pernah merantau di Sihanoukville, mengakui iming-iming gaji tinggi menjadi magnet terbesar.
“Gaji di Indonesia cuma cukup buat hidup pas-pasan. Di Kamboja bisa sampai Rp12–13 juta,” tuturnya.
Namun di balik penghasilan itu, ia menyebut banyak rekannya yang harus membayar mahal.
Ada yang dipaksa bekerja 20 jam nonstop, ada yang hilang kontak, dan sebagian besar bekerja di perusahaan yang memanfaatkan celah hukum judi online.