Geng Comando Vermelho melancarkan perlawanan sengit, termasuk penyergapan dengan tembakan otomatis dan penyerangan polisi menggunakan drone berisi bahan peledak.
Para anggota geng juga memasang blokade dengan bus yang disita untuk mencegah akses aparat.
Pemandangan seperti medan perang terlihat di jalanan favela saat warga yang ketakutan berlarian mencari perlindungan.
Setelah bentrokan selesai, warga favela Complexo da Penha menemukan puluhan jenazah di hutan pinggiran favela, termasuk korban yang dipenggal dan yang mengalami cacat parah, menimbulkan tuduhan eksekusi massal dari masyarakat.
Gubernur Rio de Janeiro, Claudio Castro, menyebut operasi tersebut sebagai keberhasilan strategis dalam memerangi “narkoterorisme” dan mengklaim hanya petugas polisi yang gugur dalam operasi ini.