Sinata.id – Di bawah sorotan lampu Anfield yang gemerlap, Liverpool kembali menegaskan dominasi mereka di Premier League dengan kemenangan tipis 2-1 atas Everton, Sabtu malam. Namun bukan hanya skor yang memikat perhatian publik, nama Ryan Gravenberch bergema paling keras di tengah riuh sorak The Kop.
Sejak peluit pertama dibunyikan, gelandang asal Belanda itu tampil seperti maestro yang mengatur tempo orkestra. Sentuhan pertamanya tajam, distribusi bolanya presisi, dan kepercayaan dirinya terlihat matang. Bahkan sebelum babak pertama berakhir, Gravenberch membuka keran gol kemenangan Liverpool, menunjukkan bahwa dirinya bukan sekadar pengatur irama di lini tengah, melainkan motor serangan yang mematikan.
Michael Owen, legenda Anfield, tak ragu melontarkan pujian. Kepada Premier League Productions, Owen menyebut perkembangan pesat Gravenberch sebagai salah satu transformasi terbaik yang pernah ia lihat.
“Dia benar-benar berbakat. Dia bisa melakukan apa saja,” ujar Owen, membandingkan fleksibilitas Gravenberch dengan sosok seperti Declan Rice, yang bisa memajukan bola dan tetap memberi pengaruh besar.
Dua tahun lalu, Liverpool mendatangkan Gravenberch dari Bayern Munchen dengan harga 34,3 juta pounds. Saat itu, tak sedikit yang meragukan apakah investasi ini akan berbuah manis. Musim terakhir Jurgen Klopp bahkan sempat membuatnya kesulitan menemukan ritme. Namun di bawah asuhan Arne Slot, sang gelandang berkembang menjadi pusat kreativitas dan kekuatan fisik Liverpool, salah satu kunci gelar Premier League musim lalu.
Kini, menurut Owen, nilai pasar Gravenberch sudah melonjak hingga layak disejajarkan dengan angka 100 juta pounds.
“Jika dia bermain di tim lain sekarang, semua orang akan mengincarnya,” kata Owen, menegaskan betapa mahalnya nilai sang pemain jika Liverpool melepaskannya ke bursa transfer.
Pernyataannya bahkan menyiratkan penyesalan di pihak Bayern, “Mereka pasti bertanya-tanya, mengapa kami melepasnya?”
Performa brilian Gravenberch malam itu bukan hanya statistik di papan skor. Ia memperlihatkan keseimbangan sempurna antara permainan bertahan dan serangan, menjadi jangkar yang menghubungkan lini belakang dengan ujung tombak.
Ketika Liverpool menekan, ia jadi pengatur aliran bola. Saat bertahan, ia tampil sebagai benteng pertama yang memutus aliran serangan Everton.
Dengan penampilan konsisten seperti ini, Gravenberch tak sekadar jadi bintang malam itu, ia telah menjelma sebagai simbol cerdasnya kebijakan transfer Liverpool.
The Reds bukan hanya menemukan gelandang berkualitas, tetapi juga pemain yang kini dianggap salah satu yang terbaik di dunia. Dan di Anfield, penonton seolah sepakat: Ryan Gravenberch bukan lagi sekadar prospek muda, ia sudah menjadi aset emas yang nilainya tak ternilai. (A46)