Washington DC, Sinata.id — Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, resmi mengumumkan peluncuran proyek pertahanan rudal ambisius bernama Golden Dome, sebuah sistem perisai udara futuristik yang diklaim sebagai benteng keamanan mutakhir bagi wilayah udara AS. Proyek ini diperkirakan menelan anggaran sebesar 175 miliar dolar AS atau sekitar Rp2.871 triliun dan dijadwalkan rampung pada akhir masa jabatannya, yakni pada tahun 2029.
Dalam pernyataannya, Trump menegaskan bahwa Golden Dome dirancang untuk menjadi perisai pelindung dari serangan rudal musuh, termasuk dari negara-negara seperti China, Iran, Korea Utara, dan Rusia. Sistem ini akan memanfaatkan jaringan satelit bersensor tinggi, peluncur pencegat berbasis luar angkasa, serta teknologi laser, untuk mendeteksi dan menghancurkan rudal sebelum mencapai wilayah AS.
“Ini bukan sekadar proyek pertahanan. Ini adalah fondasi bagi keberhasilan dan kelangsungan hidup bangsa kita,” ujar Trump dalam konferensi persnya, dikutip Sabtu (24/5/2025). Ia juga menyebut Kanada telah menyatakan minatnya untuk bergabung dalam proyek tersebut dan akan membayar kontribusi yang adil jika resmi bergabung.
Sistem Pertahanan yang Lebih Canggih dari Iron Dome
Trump membandingkan Golden Dome dengan Iron Dome milik Israel, sistem pertahanan jarak pendek yang dikenal luas akan efektivitasnya dalam menangkis roket dan drone. Meski mengakui keberhasilan Iron Dome, Trump menegaskan bahwa sistem Golden Dome akan jauh lebih canggih karena mampu menangani ancaman rudal hipersonik, balistik, dan jelajah canggih dengan teknologi berbasis darat, laut, hingga luar angkasa.
“Teknologinya melampaui apa yang pernah kita miliki. Kita tidak hanya membantu Israel, kini kita mengembangkan sistem pertahanan yang jauh lebih maju,” kata Trump.
Warisan dari Era Perang Dingin
Proyek ini merupakan kelanjutan dari gagasan strategis Presiden Ronald Reagan pada era 1980-an, yang dikenal dengan nama Star Wars Initiative, sebuah program pertahanan strategis berbasis luar angkasa untuk menghalau serangan nuklir dari Uni Soviet. Namun, Golden Dome diklaim sebagai lompatan besar dari segi teknologi dan skala, menjadikannya sistem pertahanan rudal paling ambisius dalam sejarah militer AS.
“Ini adalah penyempurnaan dari visi Reagan. Kami akan menyelesaikan pekerjaan yang dimulai 40 tahun lalu, dan menciptakan sistem yang mampu menembak jatuh rudal dari mana pun di dunia, bahkan dari luar angkasa,” tegas Trump.
Dibangun oleh Perusahaan Teknologi Elite
Proyek besar ini menggandeng sejumlah perusahaan teknologi papan atas sebagai pelaksana utama. SpaceX milik Elon Musk disebut sebagai pelopor utama dalam pembangunan sistem ini, bersama dengan Palantir Technologies dan perusahaan drone Anduril. Selain itu, sejumlah nama besar seperti Lockheed Martin, L3Harris Technologies, dan RTX Corp juga disebut sebagai kontraktor potensial yang akan menggarap berbagai komponen penting proyek.
Dikecam oleh China dan Dikritisi Rusia
Tak lama setelah pengumuman proyek, respons dari negara-negara rival utama AS pun bermunculan. China mengecam Golden Dome sebagai ancaman serius terhadap stabilitas global. Dalam pernyataannya, Beijing menyebut proyek ini akan memicu perlombaan senjata baru dan menciptakan ketidakseimbangan strategis internasional.
“AS mengedepankan keamanan absolut bagi dirinya sendiri, namun mengabaikan prinsip keamanan kolektif antarnegara. Ini jelas merusak keseimbangan strategis dunia,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China.
Sementara itu, Kremlin menyebut proyek tersebut sebagai urusan kedaulatan AS, namun menegaskan akan terus memantau perkembangan sistem tersebut dengan cermat.
Dengan ambisi tinggi dan teknologi revolusioner, Golden Dome digadang-gadang akan menjadi sistem pertahanan udara paling komprehensif yang pernah dibangun. Jika berhasil diselesaikan, sistem ini diklaim mampu menghalau serangan rudal dari berbagai penjuru dunia dan mengubah lanskap pertahanan global secara drastis. (*)