Pematangsiantar, Sinata.id – Pernikahan antara Wanda Mehangga Sinamo, SH., CPM., CPArb. dan Asri Yuni Pratiwi Saragih, A.Md.Kes. menjadi kisah yang penuh makna, haru, dan keteguhan iman.
Pasangan ini akan melangsungkan pemberkatan kudus pada Jumat, 23 Mei 2025, di GKPPD Pematangsiantar, Jalan Bintara Sakti No. 1, Kelurahan Siopat Suhu, Kecamatan Siantar Timur. Pemberkatan ini akan langsung dipimpin oleh Sekretaris Jenderal GKPPD, Pdt. Jonson Anakampun, S.Th., MM.

Rangkaian perayaan akan dilanjutkan dengan dua upacara adat dari dua budaya berbeda, yaitu adat suku Pakpak Dairi dan adat suku Simalungun, yang akan dilaksanakan di Balai Bolon GKPS, Jalan Pdt. J. Wismar Saragih, Pematangsiantar.
Pelaksanaan adat ini membutuhkan perencanaan yang cermat agar harmonisasi dua budaya tersebut dapat dirangkai dengan baik, menciptakan keselarasan dalam ikatan pernikahan yang melibatkan dua suku besar ini.

Namun, di balik momen penuh sukacita itu, tersimpan duka yang mendalam.
Dalam wawancaranya bersama Sinata.id, St. Ferry SP Sinamo, SH., MH., ayah dari mempelai pria, dengan sorot mata yang sarat makna, mengungkapkan kesedihannya atas peristiwa yang menyertai perjalanan pernikahan putranya.
“Cobaan yang dialami kedua insan ini sungguh luar biasa,” ujar Ferry dengan nada penuh keharuan.
Pada 10 Mei 2025, Wanda dan Asri telah melangsungkan prosesi pranikah di GKPS Peniel, Jalan Pdt. J. Wismar Saragih, Pematangsiantar.
Saat itu, Almarhumah Sarmaulina br Purba, SP, ibu dari Asri, masih sempat hadir dan secara langsung menerima Partadingan Parmaen (penerimaan calon menantu perempuan) dari keluarga Wanda.

Dalam suasana adat Simalungun yang hangat, partadingan diserahkan dalam gundringan—dan momen itu diwarnai pelukan haru dari sang ibu kepada calon menantunya, pertanda restu dan kebahagiaan bahwa putri sulungnya akan membina rumah tangga.
Yang membuat momen ini semakin haru adalah bahwa jadwal pemberkatan dan pelaksanaan adat telah ditetapkan bersama oleh kedua belah keluarga, termasuk oleh Almarhumah sendiri, sebelum beliau berpulang. Kesepakatan ini menjadi warisan restu yang tak ternilai bagi pasangan mempelai.
Namun, Tuhan berkehendak lain. Dua hari setelah prosesi pranikah, tepatnya Senin, 12 Mei 2025, Almarhumah Sarmaulina br Purba, SP dipanggil menghadap Sang Khalik.
Duka menyelimuti keluarga besar, terutama bagi suami yang ditinggalkan, Jerdiaman Saragih, S.Pd., serta anak-anak mereka:
Asri Yuni Pratiwi br Saragih, A.Md.Kes. (mempelai wanita); Gloria Sepriandi Saragih (Ahli Gizi di RS Efarina Etaham); Febby Lola Sari br Saragih (mahasiswi di Efarina Etaham); Christina Philianta br Saragih (siswa kelas 8 SMP CR 3 Pematangsiantar).
Jenazah almarhumah dimakamkan pada Rabu, 14 Mei 2025, di kampung halaman, Pamatang Raya, Kabupaten Simalungun, tepatnya di pemakaman keluarga besar Saragih Dasalak Hapoltakan Raya.
“Kesedihan ini begitu mendalam dan sulit untuk dilupakan, terutama bagi lae kami, Jerdiaman Saragih, S.Pd., dan anak-anak yang ditinggalkan,” tutur Ferry.
Meski demikian, keluarga tetap meyakini bahwa jalan yang telah ditempuh oleh Wanda dan Asri adalah jalan yang diberkati Tuhan.
“Pernikahan mereka telah ditetapkan sejak awal. Maka, meski dalam duka, kami harus terus melangkah dalam sukacita dan pengharapan. Rumah tangga anak kami haruslah dibangun di atas dasar takut akan Tuhan,” tambah Ferry penuh keyakinan.
Ia juga menyampaikan doa khusus bagi laenya, Jerdiaman Saragih, agar diberi kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi masa duka ini.
Sebuah Puisi untuk Dua Jiwa yang Dipersatukan Tuhan
Dalam duka yang pekat, cinta tetap menyala,
Dalam tangis perpisahan, kasih tetap percaya.
Dua hati berpadu dalam kuasa kasih Tuhan,
Membangun rumah di atas batu pengharapan.
Bunda mungkin tak hadir di altar suci,
Namun doanya terukir di langit dan bumi.
Langkahmu, Wanda dan Asri, adalah langkah berkat, yang disusun surga dalam damai yang hangat.
Firman Penguat:
“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”
(Matius 19:6)
“Segala sesuatu indah pada waktunya.”
(Pengkhotbah 3:11a)
Selamat menempuh hidup baru, Wanda dan Asri.
Dalam kesedihan, ada pengharapan. Dalam duka, ada sukacita Tuhan. (*)