Magelang, Sinata.id – Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Alumni GMNI (DPP PA GMNI) memimpin langsung upacara pelepasan almarhum Murdaya Poo, yang digelar pada Sabtu, 19 April 2025, di Wihara Mendut, Magelang, Jawa Tengah.
Pelepasan Almarhum Murdaya Poo oleh PA GMNI
Upacara yang berlangsung khidmat ini dipimpin oleh Ketua Umum DPP PA GMNI Prof. Arief Hidayat, didampingi Ketua Harian Aruji Wahyono dan Wakil Ketua Umum Bidang Politik Ugik Kurniadi.
Tokoh PA GMNI Ikut Dalam Upacara itu
Upacara dihadiri oleh keluarga besar almarhum, para tokoh lintas agama, dan aktivis alumni GMNI dari berbagai generasi. Suasana haru mewarnai prosesi yang disertai doa lintas iman, kesaksian hidup, dan penghormatan terakhir kepada sosok Murdaya Poo yang dikenal sebagai pengusaha nasional sekaligus kader marhaenis sejati.
Dalam pidatonya, Prof. Arief Hidayat menyampaikan bahwa almarhum Murdaya Poo merupakan simbol Indonesia yang plural, inklusif, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan.
“Beliau adalah marhaenis sejati. Hidupnya diabdikan untuk bangsa, bukan hanya dalam kata-kata, tetapi dalam kerja nyata,” ujar Arief.
Mengapa Pelepasan Dilakukan di Wihara Mendut
Ketua Harian Aruji Wahyono menjelaskan bahwa pemilihan Wihara Mendut sebagai lokasi pelepasan memiliki makna spiritual dan simbolik.
“Tempat ini bukan hanya latar keyakinan almarhum, tapi juga simbol toleransi dan peradaban. Ini penegasan bahwa Indonesia adalah rumah bersama,” ungkap Aruji.
Nilai yang Ditinggalkan Almarhum
Ugik Kurniadi, Wakil Ketua Umum Bidang Politik, mengenang Murdaya Poo sebagai sosok yang selalu menekankan pentingnya merawat hal kecil dengan penuh tanggung jawab. “Beliau mengajarkan kita menjaga aset dan nilai perjuangan sebagai bentuk komitmen terhadap kepercayaan dan rakyat,” katanya.
Bagaimana Refleksi dari Tokoh Lain
Suhadi, perwakilan dari Niciren Syosyu Indonesia (NSI), menegaskan bahwa Murdaya Poo adalah penjaga nilai-nilai nasionalisme yang konsisten. Ia mengingatkan bahwa bangsa Indonesia telah sepakat hidup dalam kesatuan identitas sebagai keunggulan dalam keberagaman.
Kenangan Personal Prof. Tunjung Herning Sitabuana, istri Ketua Umum PA GMNI, mengenang bahwa almarhum memberikan apresiasi mendalam terhadap disertasi doktoralnya yang bertema keadilan sosial dan kebangsaan.
“Pak Poo membaca disertasi saya dengan penuh perhatian dan mengaitkannya dengan perjuangan hidupnya. Itu momen yang mempererat batin kami,” ujar Tunjung.
Bagaimana Prosesi Ditutup
Acara ditutup dengan penyalaan pelita di altar utama Wihara Mendut, sebagai simbol semangat perjuangan almarhum yang akan terus menyinari jalan generasi penerus.
Harapan PA GMNI
DPP PA GMNI mengajak seluruh kader dan alumni GMNI untuk meneruskan teladan hidup almarhum: hidup sederhana, membumi, berpihak pada rakyat, dan menjaga kebhinekaan serta keutuhan bangsa.
“Selamat jalan Bung Murdaya. Cahaya pengabdianmu akan terus menyala dalam perjuangan kami untuk Indonesia yang berkeadilan dan berkeadaban.” sebutnya. (*)