Oleh: Pastor Dion Panomban
Saat Teduh Abba Home Family – Selasa, 12 Agustus 2025, Pengampunan adalah pemberian terbesar yang bisa kita berikan, sekaligus obat penyembuh yang luar biasa dalam hubungan keluarga. Keharmonisan dan kedamaian akan terwujud ketika kita hidup di dalam pengampunan. Mengampuni bukan hanya membebaskan orang lain dari kesalahan, tetapi juga membebaskan hati kita dari luka batin dan racun kebencian.
*Sebaliknya, kegagalan untuk mengampuni akan menimbulkan sakit hati,* rasa panas di dada, bahkan keinginan untuk membalas dendam. Kadang kita berharap orang yang menyakiti kita mendapat malapetaka. Namun, Yesus mengingatkan bahwa hal itu sama seperti meminum racun dan berharap orang lain yang mati—padahal racunnya justru membunuh diri kita sendiri.
*Banyak kerusakan dalam keluarga,* bahkan perceraian, berawal dari kekerasan hati yang menolak memberi pengampunan. Yesus menegaskan dalam *Matius 19:3-8* bahwa sejak semula Allah menciptakan pernikahan untuk menjadi ikatan kudus yang tidak dipisahkan oleh manusia. “Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (ay. 6).
Yesus menyatakan bahwa alasan perceraian pada zaman Musa hanyalah karena ketegaran hati manusia (ay. 8). Padahal rencana awal Allah adalah agar suami dan istri meninggalkan orang tua mereka dan menjadi “satu daging” (ay. 5-6). Menjadi satu berarti bersatu dalam kasih, tujuan, dan kehidupan—bukan sekadar tinggal serumah, tetapi benar-benar menjadi pasangan yang saling melengkapi dan menopang.
Pernikahan yang sehat membutuhkan dua hal: kasih yang rela berkorban dan pengampunan yang tidak terbatas. Ketika kita belajar mengampuni seperti Kristus mengampuni, keluarga akan menjadi tempat yang penuh sukacita dan damai sejahtera.
Jadi, bagaimana dengan rumah tanggamu? Apakah pengampunan sudah menjadi gaya hidupmu? Sudahkah engkau hidup di dalam kasih Allah?Tetap semangat, tetap setia bersaat teduh! (A27)