Harga Tidak Masuk Akal, Diduga Pola Gali Lubang Tutup Lubang
Kecurigaan publik makin menguat saat salah satu calon pengantin membagikan tangkapan layar penawaran yang diterimanya.
Dalam utas di akun @anopacarophile, ia menunjukkan paket yang ditawarkan Ayu: Rp75 juta untuk 300 pax plus free venue, lengkap dengan dekorasi, katering, MUA, attire, fotografer, MC, hingga dokumentasi.
“75 juta untuk 300 pax dan free venue? Gila kali,” tulisnya.
Ia lalu membandingkan dengan harga sewa salah satu venue ternama, Calathea Lutea, yang disebut Ayu dalam paketnya.
Hanya untuk main area, menurutnya, harga venue itu sudah sekitar Rp34 juta.
Artinya, sisa dana dipertanyakan: apakah cukup untuk seluruh kebutuhan katering dan jasa vendor lain?
Tak hanya itu, flyer promosi yang beredar memperlihatkan bonus-bonus tambahan, termasuk grand prize berupa mobil bagi klien yang beruntung.
Di mata warganet, skema itu makin tampak janggal dan dianggap mustahil secara hitung-hitungan usaha yang sehat.
Pengakuan Ayu: Uang Lama Dibayar Pakai Uang Klien Baru
Di tengah tekanan publik, sebuah video pengakuan Ayu Puspita Dinanti ikut beredar dan dibagikan di akun Threads @rizkytamay.
Dalam video itu, Ayu mengakui bahwa uang yang dipakai untuk menutup kewajibannya ke klien diambil dari “penjualan berikutnya”, pola yang disebut warganet mirip skema ponzi.
“Saya untuk mengumpulkan lagi dananya itu dari penjualan seperti itu, untuk penjualan ke depannya,” ucap Ayu.
Kementerian Keuangan menjelaskan, skema Ponzi adalah modus investasi palsu yang membayar keuntungan investor lama menggunakan uang dari investor baru, bukan dari hasil kegiatan usaha yang sah dan berkelanjutan.
Jika aliran “anggota baru” atau klien baru terhenti, sistem akan runtuh dan kerugian menumpuk di pihak korban.
Dalam kasus WO Ayu, pola “gali lubang tutup lubang” yang diduga terjadi bukan lagi sekadar teori di atas kertas.
Korban menyebut, di tanggal 6 Desember saja, enam dari delapan acara disebut tidak berjalan semestinya, mulai dari katering yang tidak muncul hingga vendor lain mengaku belum menerima bayaran.
Dalam salah satu unggahan, korban menunjukkan mutasi rekening yang diklaim milik Ayu, dan menuding dana klien rutin dipakai untuk membayar cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) rumah mewah yang baru ditinggali beberapa bulan terakhir.
“Gila, uang dari klien buat bayar KPR tiap bulannya,” tulis pengunggah.
Kerugian Diduga Tembus Puluhan Miliar, Ratusan Orang Terdampak
Seiring makin banyak korban yang saling terhubung, angka kerugian pun melejit.
Dalam sebuah utas di akun @kripikpedaaas, disebutkan bahwa total klien yang sudah membayar DP maupun pelunasan mencapai nilai sekitar Rp15 miliar.
Di utas lain, jumlah korban yang dikaitkan dengan Madelief Wedding dan By Ayu Puspita disebut bisa menyentuh sekitar 600 orang.
“Korban dalam Madelief Wedding sebanyak ini, total kurang lebih 600 orang, kerugian puluhan M,” tulis akun tersebut, mengutip kesaksian salah satu korban.
Tak hanya pengantin, vendor makanan dan jasa pendukung juga ikut terseret.
Seorang pemilik stall crepes menulis di TikTok, ia sudah hadir dan melayani tamu di salah satu resepsi yang difasilitasi Ayu, namun mengaku belum menerima bayaran sepeser pun.
“Crepes saya belum dibayar, tapi nggak apa-apa saya ikhlas,” tulisnya.
Warganet ramai-ramai mendoakan agar rezeki sang vendor diganti berlipat ganda.






